TEMPO.CO, Batam - Warga dan pedagang makanan di Kota Batam mengeluhkan kenaikan harga cabai rawit hingga Rp 100 ribu dari sebelumnya Rp 30 ribu per kilogram.
Pedagang cabai rawit di Pasar Rakyat di Pujabahari, Nagoya, Batam, mengatakan kenaikan harga cabai rawit karena pasokan dari Jawa, khususnya Surabaya, terhambat. Sebab, tidak ada penerbangan dari sana akibat letusan Gunung Kelud pada Kamis malam, 13 Februari 2014. "Kami kekurangan cabai, jadi harga naik," kata Nuziran, 35 tahun, pedagang di Pujabahari.
"Saya kaget beli cabai pagi ini harganya naik," kata Yui Pu Seng, pedagang makanan di kawasan Nagoya. Hari sebelumnya, harga cabai Rp 30 ribu per kilogram. Yui Pu Seng tiap hari beli cabai, khususnya cabai rawit, karena ia berjualan sup ikan.
Kepala Kantor Karantina Kota Batam Arinaung mengaku kaget mendengar kabar kenaikan harga cabai itu. "Stok Batam cukup, jadi kenaikan harga ini perlu diselidiki," kata Arinaung.
Menurut Arinaung, stok untuk bulan Februari dan Maret 2014 masih cukup sehingga tidak ada pengaruh dari meletusnya Gunung Kelud dan Sinabung terhadap harga sejumlah barang di Batam.
Selain ada pasokan bawang putih, bawang merah, cabai dari Malaysia, juga ada pasokan dari Jambi, Pekanbaru, dan Medan. "Jadi mengada-ada jika alasan Gunung Kelud meletus menyebabkan pasokan sayur-mayur terganggu," kata Arinaung.
Kepala Dinas Perdagangan, Industri, dan Energi Sumber Daya Mineral Kota Batam Amsakar mengatakan pihaknya akan menerjunkan tim pemantau harga. Ia menilai kenaikan harga cabai rawit itu tak masuk akal. "Tunggu hasil penyelidikan kami," kata Amskar.
RUMBADI DALLE
BERITA LAINNYA
Letusan Gunung Kelud Jadi Perhatian Dunia
Jangan Langsung Siram Abu Vulkanik
Korban Ustad Hariri Akhirnya Buka Suara
Alasan Kelud Dijuluki 'Deadliest Volcano'
SBY Angkat Mbah Rono Jadi Kepala Badan Geologi