TEMPO.CO, Malang - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia mengingatkan para jurnalis dan media agar melakukan peliputan yang aman di wilayah bencana. Peringatan ini dikeluarkan untuk menghindari jatuhnya korban dari kalangan pekerja media saat melaksanakan tugas.
Ketua AJI Eko Maryadi mengatakan para jurnalis harus menjaga keselamatan diri dan tidak memaksa masuk ke zona berbahaya demi mendapat berita ekslusif. “Jangan membahayakan diri menembus daerah yang berbahaya,” ujar Eko di Malang, Jumat, 14 Februari 2014.
Ketika harus meliput keadaan di sekitar gunung yang meletus, kata Eko, para jurnalis harus membawa perbekalan dan perlengkapan keamanan diri. Contohnya, masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari debu masuk ke sistem pernapasan. Selain itu, para jurnalis juga harus mengetahui karakteristik gunung api dan mengenal wilayah bencana. Dengan begitu, tidak akan ada korban jiwa seperti yang terjadi di Gunung Sinabung dan Merapi beberapa tahun lalu. "Tak ada berita seharga nyawa," katanya.
Selain mengingatkan soal pentingnya keamanan dan keselamatan dalam peliputan,
dia juga menekankan pentingnya informasi yang disampaikan kepada masyarakat. Jurnalis harus memberi informasi yang jelas dan dibutuhkan para korban. "Jangan justru membuat berita yang membuat kepanikan dan kecemasan," katanya.
Eko Maryadi menilai liputan media online dan televisi adalah liputan yang paling bermasalah. Berita televisi yang disiarkan langsung, kata dia, sering menimbulkan persoalan. "Kita harus berempati dengan korban," katanya.
Eko dan beberapa petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi semula akan memberi pelatihan peliputan di wilayah bencana. Namun karena terjadi letusan Gunung Kelud, pelatihan yang seharusnya dilaksanakan besok dibatalkan.
EKO WIDIANTO