TEMPO.CO, Madiun - Pelantikan Soekarwo dan Saifullah Yusuf (KarSa) sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2014-2019 ditanggapi gembira oleh warga Dusun Panggih, Desa Palur, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun. Bahkan sebagian warga di kampung halaman Soekarwo itu rela membotaki kepala mereka. “Aksi ini berlangsung secara spontan,” kata Sakib, 57 tahun, salah seorang yang dicukur gundul, Rabu siang, 12 Februari 2014.
Siang tadi tidak kurang dari sepuluh pria nongkrong di warung kopi milik Sakib. Saat itu mereka berbincang berbagai hal yang salah satunya tentang pertanian. Saat sedang asyik ngobrol, salah seorang di antara mereka menyampaikan informasi tentang pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur. Ternyata hal itu cukup menyita perhatian sejumlah warga.
Baca Juga:
Pembicaraan akhirnya beralih ke tema pelantikan KarSa yang berlangsung di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Timur. Warga sepakat melakukan aksi cukur gundul.
Kemudian pemilik warung kopi mengambil gunting dan silet dari salah satu almari. Sedangkan tiga warga yang rela kepalanya diplontos berjalan menuju teras rumah yang berjarak sekitar 200 meter dari kediaman Soekarwo saat masih kecil.
Mereka duduk di bangku berbahan bambu atau lincak yang panjangnya sekitar 1,5 meter di tempat itu. Pemotongan rambut pun dilakukan oleh warga yang lain. Beberapa menit kemudian, kepala ketiga pria itu bersih dari rambut. “Dengan cukur gundul ini kami berharap agar pemerintahan yang dipimpin Pakde (sapaan akrab Soekarwo) bisa lebih maju,” ujar Katimun, 32 tahun, warga lain yang rela kepalanya diplontos.
Katimun berharap pemerintahan KarSa memberikan kesejahteraan rakyat Jawa Timur. Menurut dia, kemajuan suatu pemerintahan adalah adanya pemerataan pembangunan dalam segala bidang. Khusus untuk pertanian, warga berharap kebutuhan pupuk tercukupi. Menurut dia, selama ini bahan penyubur tanaman itu sering kali sulit dicari para petani.
Ditanya alasannya rela dicukur gundul, Katimun mengatakan agar kepemimpinan KarSa dijauhkan dari marabahaya. “Cukur gundul merupakan suatu simbol melepas kesialan. Semoga Pakde juga bisa lebih baik memimpin Jawa Timur,” tutur Katimun diamini sejumlah warga yang berada di teras rumah sekaligus warung kopi milik Sakib tersebut.
NOFIKA DIAN NUGROHO