TEMPO.CO, Lamongan: Mantan kombatan Afganistan, Moro, dan Ambon, Ali Fauzi, 43 tahun, mengatakan, temuan dua bom di Jalan Kedung Cowek, Kedinding, Surabaya, hanya bom kere (melarat). Bom tersebut tidak akan meledak karena alat pemicunya belum terpasang. "Gimana mau meledak," katanya pada Tempo, Selasa siang, 21 Januari 2014.
Polisi mengamankan beberapa barang bukti dalam penggerebekan di rumah terduga teroris di Jalan Tanah Merah 04 Sayur 1, Gang Kalilom Lor, Kecamatan Kenjeran, Surabaya, Senin, 21 Januari 2014 malam. Menurut Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Awi Setiyono, polisi menemukan dua bom aktif dalam penggeledahan tersebut.
Menurut Ali, dua bom tersebut belum sempurna karena hanya berupa bahan baku dan butuh proses untuk bisa sempurna. Ali pun menganggap dua bom itu belum bisa meledak. Sebab, dilihat dari barang buktinya, bom tersebut prosesnya masih 50 persen sehingga butuh dilakukan penyempurnaan.
Soal kenapa disebut bom kere alias melarat, kata Ali, karena dibuatnya jauh dari standar profesional.
Dua orang terduga teroris yang ditangkap anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror, yaitu Abdul Madjid dan Isnaini Romadhoni, menurut Ali, bisa jadi keduanya adalah jaringan dari Kelompok Poso. Mereka ini kemungkinan adalah anak buah dari Santoso, yang disebut-sebut sebagai Komandan Mujahiddin Indonesia untuk wilayah Indonesia bagian timur.
Indikasinya, kata Ali Fauzi, temuan bom di Jalan Kedung Cowek, Kedinding, hampir sama dengan di Tangerang dan Tasikmalaya, beberapa waktu lalu. Ali Fauzi menambahkan, bisa jadi kelompok baru ini memang berada di bawah pimpinan Santoso untuk gerakan di Poso.
SUJATMIKO
Topik terhangat:
Banjir Jakarta Buku SBY vs Anas Banjir Bandang Manado BBM Akil Mochtar Anas Ditahan
Berita lain:
Polisi Tangkap Dua Terduga Teroris di Surabaya
Gerebek Kasus Narkoba, Dua Polisi Luka
Menyerang Polisi, Pencuri 100 Kali Ditembak Mati
Diancam, Jalan Rumah Jabatan Kapolres Poso Dipagar
Polda Jatim Perketat Pengamanan Markas