TEMPO.CO , Madiun - Arak Jowo, minuman keras tradisional di Ngawi, Jawa Timur, diperuntukkan bagi kalangan terbatas. "Yang beli hanya orang-orang tertentu dengan jumlah yang sedikit," kata seorang produsen yang menolak ditulis namanya, Rabu, 15 Januari 2014. "Mereka yang datang sendiri ke sini."
Di Ngawi, terdapat beberapa desa yang memiliki produsen Arjo, sebutan bagi arak jowo. Masing-masing produsen hanya menghasilkan sekitar 30 liter per pekan. "Jualnya untuk pasar lokal," katanya. Ngawi merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Sragen, Jawa Tengah. "Tidak keluar Ngawi."
Karena produksi rumahan, arjo dijual dalam botol plastik bekas air minum kemasan. Harganya Rp 10 ribu per botol 1,5 liter. Pembelinya kebanyakan sudah kenal dan langganan dari desa setempat atau tetangga. "Mereka biasa beli kalau ada acara kumpul-kumpul atau tayub," produsen lain. "Paling banyak beli 10 liter."
Suwarno, seorang penikmat arjo buatan Ngawi mengatakan minuman keras tersebut memiliki penggemar tersendiri. Sebab, alkoholnya lebih menyengat dan efek pusing yang ditimbulkan cepat. Wajar saja karena kadar alkoholnya mencapai 30 persen, 6 kali lebih kuat dari bir. "Minum satu seloki saja sudah pusing," kata pria 58 tahun itu. Arjo juga bisa dibakar.
NOFIKA DIAN NUGROHO