TEMPO.CO , Yogyakarta:Minuman keras tradisional Yogyakarta Lapen memang tak semewah minuman keras bermerek lainnya. Namun bekas pedagang dan peracik Lapen, Sakti Damianto, menganggap minuman keras itu masih aman dikonsumsi apabila oplosan air dan alkoholnya pas. Paling-paling peminum mabuk, tak sampai fatal apalagi mati.
"Asal benar bahan dan takarannya," kata dia, Jumat, 17 Januari 2014. Bahan dasar alkohol murni pun harus bagus. Air campuran harus dimasak sampai matang. Bahkan, rasa buatan pun harus yang terbaik.
Lapen dijual dengan berbagai varian di Yogyakarta. Varian super diberikan bagi Lapen campur susu. Ada juga Lapen yang hanya diminum tanpa campuran lain. "Yang lurus-lurus saja malah tak apa-apa," katanya.
Sakti berhenti berjualan Lapen sejak 2010. Dia berhenti setelah sejumlah kasus orang tewas setelah minum Lapen. "Ada beberapa (korban jiwanya), tapi tiga orang katanya beli dari (warung) saya," katanya. Bahkan dia harus menjalani pemeriksaan polisi. Ujungnya, dia dihukum 21 bulan. Keluar dari penjara, ia memilih bekerja sebagai petugas keamanan sebuah pertokoan di Gondomanan Yogyakarta. "Kasihan keluarga di rumah," katanya.
Sakti tak tahu pasti apa penyebab jatuhnya korban jiwa saat itu. Namun ia menduga, besar kemungkinan lapen yang dibeli darinya telah dioplos dengan campuran bahan lain. "Atau kalau tidak ya (karena) alkohol murninya," katanya.
ANANG ZAKARIA