TEMPO.CO, Tegal--Ribuan anak buah kapal (ABK) di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari, Kota Tegal, menganggur hingga kini. "Karena cuaca buruk masih merundung Laut Jawa sejak awal Desember 2013," kata Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal, Mahmud Effendi, kepada Tempo, Ahad, 12 Januari 2014.
Mahmud mengatakan, selama hampir 1,5 bulan, ketinggian ombak di Laut Jawa berkisar tiga sampai lima meter. Walhasil, dari 800 kapal nelayan di Pelabuhan Tegalsari, 500 kapal di antaranya memilih tidak melaut. Tiap satu kapal rata-rata mempekerjakan sepuluh ABK. Sehingga ABK yang menganggur kini diperkirakan mencapai 5.000 orang.
Menurut Mahmud, ribuan ABK itu menganggur karena tidak punya mata pencarian lain selain sebagai nelayan. Selama menunggu ombak reda, para ABK itu hanya mengandalkan pinjaman uang dari juragan kapal dan para pemilik warung di kampung nelayan Tegalsari. "Kalau sudah melaut baru dilunasi (utangnya)," ujar Mahmud.
Pekan lalu, HNSI Kota Tegal telah mengajukan permohonan bantuan ke Pemerintah Kota Tegal untuk sekitar 5.000 nelayan yang menganggur. Bantuan yang diharapkan adalah paket beras lima kilogram untuk tiap satu nelayan. Sudah sepuluh hari permohonan itu diajukan tapi belum ada tanggapan dari Pemkot.
Karena cuaca belum bersahabat, sekitar 300 kapal nelayan yang melaut sejak Desember lalu belum kembali ke Pelabuhan Tegalsari. Kapal-kapal itu masih bertahan di pulau terdekat. "Pulau pelindung di jalur pelayaran Laut Jawa meliputi Kepulauan Karimunjawa, Bangka Belitung, Pulau Bawen, dan Kualapembuang, Kalimantan," kata Ketua Paguyuban Nelayan Kota Tegal, Eko Susanto.
Di Kabupaten Tegal, sebagian nelayan berkapal kecil asal Desa Munjungagung, Kecamatan Kramat, justru sudah melaut sejak Senin, 6 Januari. "Awak kapal kami hanya tujuh orang. Jangkauan maksimalnya tiga mil dari pantai," kata Ranito, 36 tahun, nelayan asal Munjungagung. Menurut dia, hasil tangkapan melimpah selama musim angin Barat.
Tiap hari, kapal nelayan kecil itu mampu mendaratkan satu hingga lima kuintal ikan. "Hasil lelangnya antara Rp 1,5 juta sampai Rp 5 juta. Modal sekali melaut hanya Rp 200.000," ujar Ranito. Kendati demikian, Ranito dan nelayan lain dari Desa Munjungagung tidak bisa melaut tiap hari. "Karena ombaknya juga belum menentu," ujarnya.
Data dari Stasiun Meteorologi Tegal (SMT), cuaca di pantai utara (pantura) diperkirakan hujan dengan intensitas ringan. Adapun kecepatan angin dari selatan-barat laut sekitar lima sampai 30 kilometer per jam. "Nelayan diimbau waspada terhadap awan gelap (cumulonimbus) yang dapat menimbulkan angin kencang dan menambah tinggi gelombang," kata prakirawan SMT, Laylya Isnaini.
DINDA LEO LISTY
Populer:
SBY Lebih dari Tiga Jam Rapat di Cikeas
Tottenham Bungkam Crystal Palace 2-0
Investasi Bakrie di Path Berisiko Tinggi
Bakrie Beli Path, Bagian dari Kampanye?