TEMPO.CO, Kupang - Marke Abdulah Ahmad, imigran gelap asal Somalia, mengaku mendapat penyiksaan dari aparat Angkatan Laut Australia sebelum kapal yang ditumpanginya bersama 46 imigran lain diusir agar kembali ke perairan Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Kami mendapat penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi dari tentara Australia," kata Marke kepada Tempo di tempat penampungan di Kupang, NTT, Rabu, 8 Januari 2014. Marke bersama imigran gelap lainnya diamankan Kepolisian Resor Rote Ndao.
Marke mengisahkan, kapal yang mereka tumpangi telah sampai ke wilayah perairan perbatasan antara Indonesia dan Australia. Mereka kemudian dihadang tiga kapal perang dan tiga sekoci. Mereka sempat ditahan selama tiga hari di perairan itu tanpa diberi makan dan minum.
Beberapa imigran disiksa. Mereka dipaksa memegang mesin kapal perang yang masih panas. "Kami dinaikkan ke kapal Australia dan dipaksa pegang mesin panas," ujar Marke.
Menurut Marke, para imigran sempat mempertanyakan batas wilayah teritorial antar-dua negara. Sebab, kapal yang mereka tumpangi digiring ke perairan Indonesia oleh tentara Australia hingga melewati batas teritorial. "Kami menunjukkan GPS kepada tentara Australia," ucap Marke.
Kepala Imigrasi Kupang Silvester Sililaba mengaku belum mengetahui adanya penyiksaan terhadap imigran gelap itu. Karena itu, Silvester akan menanyakan kebenaran masalah itu kepada para imigran.
Imigran gelap asal Somalia yang diamankan di Pulau Rote pada Desember 2013 sebanyak 47 orang. Sejak 6 Januari 2014, sebanyak 45 orang ditampung di sebuah hotel di Kupang.
YOHANES SEO
Terkait:
Inilah Jalur Penyelundupan Imigran Gelap ke Australia
Ke Australia, Imigran Rohingya Bayar Rp 15 Juta
Dengan Rp 40 Juta, Imigran Gelap Masuk Australia
Tiga Pintu Masuk Imigran Gelap ke Australia