TEMPO.CO, Denpasar - Tiga desa, yakni Desa Serongga, Lebih, dan Desa Medahan, yang terletak di sekitar Bali Safari & Marine Park, Gianyar, dilibatkan dalam program konservasi curik Bali. Sebab, burung dengan nama Latin Leucopsar rothschildi itu terancam punah. “Kami sangat khawatir curik Bali akan punah,” kata Ketua Asosiasi Pelestari Curik Bali (APCB) Tony Sumampau, Jumat, 3 Januari 2014.
Menurut Tony, guna menjaga kelestarian burung yang tergolong langka itu, APCB mengusulkan kepada pemerintah agar masyarakat diberi izin memelihara burung curik Bali. “Tentunya kami mengikuti seluruh aturan dan kaidah-kaidah yang berlaku,” ujarnya.
Tony menjelaskan, APCB telah menyelenggarakan kegiatan berupa sosialisasi program konservasi curik Bali pada 14 Desember 2013 lalu. Melalui kegiatan itu, APCB mengajak masyarakat untuk turut mendukung pelestarian curik Bali, baik ex-situ maupun in-situ.
Tony mengatakan, desa-desa itu akan diarahkan menjadi desa konservasi yang mempunyai nilai ekologi dan juga ekonomi. Sebab, curik Bali dengan karakteristik bulu yang dominan putih dengan ujung sayap dan ekor berwarna hitam serta kulit di sekitar mata berwarna biru itu memiliki daya tarik bagi wisatawan.
General Manager Bali Safari & Marine Park, Hans Manansang, mengatakan program konservasi curik Bali bertujuan menggugah masyarakat agar bersama-sama melestarikan satwa yang terancam punah. Melalui program desa binaan ini, diharapkan potensi dan keunggulan desa bisa meningkat.
ROFIQI HASAN