TEMPO.CO, Jakarta -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mencanangkan 3 Januari 2014 sebagai Hari Kerukunan Nasional. Pencanangan ini akan ditandai dengan gerak jalan bersama Presiden SBY bersama tokoh lintas agama.
"Ini merupakan sumbangan para tokoh lintas agama kepada bangsa," kata Menteri Agama Suryadharma Ali seperti yang dilansir dalam situs resmi Sekretariat Kabinet, Ahad, 29 Desember 2013. Menurut politikus Partai Persatuan Pembangunan itu, perayaannya disebut Hari Kerukunan Nasional karena maknanya lebih luas. "Kerukunan nasional maknanya lebih luas dibandingkan kerukunan lintas agama," kata Suryadharma Ali.
Jadi, kata dia, bangsa ini bukan hanya menginginkan kerukunan agama, tapi juga menghendaki terjadi kerukunan suku, budaya, atau yang lainnya, termasuk kerukunan bidang politik. Ia berharap HKN yang digelar pada tanggal 3 Januari 2014 ini akan diadakan setiap tahun. "Namun itu tergantung siapa yang menjadi presiden hasil Pemilu nanti," ujar dia.
Kerukunan nasional, lanjut Suryadharma, adalah syarat kondusif untuk bisa membangunan negeri. "Jadi begitu pentingnya arti dari kerukunan nasional sebagai syarat untuk bisa membangun bangsa dan negara," kata dia.
Para tokoh lintas agama juga mendukung gagasan yang disampaikan Menteri Agama seperti disampaikan Pimpinan Perwalian Umat Buddha Indonesia, Suhadi Sendjaya. "Batik saja bisa jadi Hari Batik. Masa kerukunan kalah sama batik," ujar Suhadi.
Ia mengibaratkan, Indonesia punya bibit yang baik, ladangnya juga bagus, subur makmur, yang perlu pemeliharaan. "Kami siap memelihara kerukunan," tandas Suhadi. Hal senada dikemukakan perwakilan Konferensi Waligereja Indonesia, Romo Agustinus. Natsir Jubaidi yang mewakili MUI juga mengapresiasi usulan Menteri Agama yang mencanangkan HKN, "Karena kalau sudah rukun pasti aman dan damai dan Indonesia menjadi contoh negara lain," kata dia.
TRI ARTINING PUTRI