TEMPO.CO, Ternate - Kasus kekerasan terhadap jurnalis di Maluku Utara meningkat. Selama 2013 terjadi 12 kasus, sedangkan pada 2012 tercatat delapan kasus. Tindak kekerasan termasuk intimidasi. “Tahun ini merupakan masa terburuk dalam penegakan kebebasan pers. Sebab, selama lima tahun terakhir, jumlah kasus 2013 adalah yang terbanyak,” kata Ketua Aliansi Jurnalis Independen Kota Ternate Mahmud Ici, Rabu, 25 Desember 2013.
Menurut data yang dihimpun AJI Kota Ternate, pelaku kekerasan terhadap jurnalis juga mulai beragam. Sebanyak empat kasus di antaranya berupa intimidasi yang dilakukan oleh oknum kepolisian, tiga kasus kekerasan dilakukan pendukung calon gubernur, tiga kasus dilakukan oknum pimpinan instansi pemerintah atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), satu kasus dilakukan masyarakat sipil dan satu kasus dilakukan oknum anggota DPRD Kota Ternate. “Tindak kekerasan yang dilakukan masyarakat sipil umumnya karena membela kepentingan pejabat tertentu,” ujar Ici.
Kasus kekerasan bahkan berupa ancaman pembunuhan, penyerangan kantor redaksi, hingga penghasutan massa untuk menyerang jurnalis. Semua jenis kekerasan itu dilakukan secara terang-terangan dan tidak ada satu pun yang diberikan sanksi hukum. Oleh karena itu, Ici mendesak kepolisian menindak tegas pelaku kekerasan terhadap jurnalis. “Kami juga meminta teman-teman jurnalis menjaga kode etik saat menjalankan tugas,” ucap Ici.
Koordinator Divisi Investigasi dan Advokasi AJI Kota Ternate Abdulah Dahlan Cenoras mengatakan akan membuka posko pengaduan kekerasan terhadap jurnalis pada 2014. Sebab, tindak kekerasan dan intimidasi dipredikisi akan meningkat menjelang pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden.
BUDHY NURGIANTO
