TEMPO.CO, Pekanbaru - Tiga ekor anak Singa (Pantera leo) Afrika yang lahir di Kebun Binatang Kasang Kulim Kampar, Riau, Selasa, 24 November 2013, akhirnya mati. Ketiganya mati pada waktu berbeda. Seekor anak singa berhasil bertahan hidup selama 5 hari, tapi sayang, anakan yang tersisa juga tidak terselamatkan.
"Seekor anak singa yang tersisa akhirnya mati juga kemarin siang," kata pengurus Kebun Binatang Kasang Kulim, Afrizal, saat dihubungi Tempo, Sabtu, 30 November 2013.
Dua singa sebelumnya mati terinjak oleh induknya sendiri. Penyebab lain, kata Afrizal, satu anak singa lahir prematur.
Afrizal mengaku sudah melakukan banyak cara untuk menyelamatkan nyawa anak singa itu. Anak singa sudah dipisahkan dari kandang induknya untuk mendapat perawatan dalam inkubator. Afrizal menduga penyebab kematian adalah tidak normalnya pernapasan si anak singa.
"Saya jadi lemas saat mengetahui anak singa terakhir ini mati, padahal saya sudah berharap anak singa ini bisa tumbuh dewasa," ujarnya memelas.
Meski demikian, kata Afrizal, pembiakan singa Afrika masih mempunyai harapan. Menurut dia, singa merupakan jenis hewan yang memiliki masa kawin relatif cepat dalam masa empat bulan setelah melahirkan.
"Kita masih punya dua induk singa yang masih sehat," kata dia.
Kelahiran anak singa ini merupakan peristiwa pertama terjadi di Riau. Bayi singa itu merupakan hasil dari perkawinan induk jantan bernama Simba, usia 15 tahun, dan betina bernama Erna, usia 14 tahun.
Simba merupakan singa yang didatangkan dari kebun binatang di Surabaya, sedangkan sang betina dari kebun binatang di Siantar, Sumatera Utara.
RIYAN NOFITRA