TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengklaim sudah memiliki Tim Cyber Defense untuk menghalau serangan atau penyadapan lewat dunia maya. Namun tim tersebut saat ini masih menggunakan sistem tertutup. "Jadi enggak bisa ditembus," kata Purnomo di Century Park Hotel, Jumat, 29 November 2013.
Purnomo menyebutkan, meski sumber daya manusia sudah tersedia untuk tim ini, kerja tim pertahanan belum tentu bisa efektif. Bicara cyber defense, menurut Purnomo, juga terkait regulasi dan infrastruktur di Indonesia. "Infrastrukturnya antara lain sistem informasi dan komunikasi," kata Purnomo. (Baca: Singapura Turut Bantu Australia Sadap Indonesia)
Jika infrastrukturnya sudah mendukung, kata Purnomo, Tim Cyber Defense dapat bekerja dengan sistem berlapis. Menurut dia, selama ini Tim Cyber Defense sudah berjalan.
Ke depan, kata Purnomo, Kementerian Pertahanan sedang mempertimbangkan penggunaan satelit mini. Namun, kata dia, ruang yang dibutuhkan akan sangat besar karena akan dipakai juga oleh Kementerian Luar Negeri untuk berkomunikasi dengan perwakilan Indonesia di luar negeri.
Selama ini, kata Purnomo, kementerian yang ia pimpin berbagi tugas dengan kepolisian terkait kejahatan cyber. "Bagian kami cyber defense, kalau cyber crime itu ranahnya polisi," kata dia.
Sebelumnya, dalam menyadap sejumlah negara di Asia, Australia ternyata tak bertindak sendirian. Menurut dokumen yang dibocorkan mantan kontraktor intelijen Amerika Serikat, Edward Snowden, Singapura dan Korea Selatan turut memainkan peran kunci membantu Amerika Serikat dan Australia menyadap negara di seluruh Asia. Perincian terbaru juga mengungkapkan soal keterlibatan Australia dan Selandia Baru pada intersepsi komunikasi satelit global.
Dokumen Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat menyebut AS dan mitra intelijennya, yang disebut "Five Eyes", menyadap melalui kabel serat optik kecepatan tinggi di 20 lokasi di seluruh dunia. Operasi intersepsi melibatkan kerja sama dengan pemerintah setempat dan perusahaan telekomunikasi atau melalui "operasi rahasia".
Operasi intersepsi kabel bawah laut memungkinkan mitra "Five Eyes", yakni AS, Inggris, Australia, Kanada, dan Selandia Baru, untuk melacak "siapa pun, di mana pun, dan kapan pun" yang digambarkan sebagai "zaman keemasan" intelijen sinyal.
TRI ARTINING PUTRI
Topik Terhangat:
Dokter Mogok | Penyadapan Australia | Penerobos Busway | Jokowi Nyapres | Gunung Meletus
Baca juga:
Vita KDI Ngitung Uang Sekoper, Istri Bupati Syok
Ada Keluhan? Ini Nomor HP dan E-mail Jokowi
Hotman Paris Panaskan Konflik Dhani-Farhat
Walang Mengemis untuk Naik Haji dan Beli Mobil