TEMPO.CO, Bayuwani - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati menonton pertunjukan tari Paju Gandrung kolosal di Pantai Boom, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu, 23 November 2013. Ia hadir sekitar pukul 15.00 WIB didampingi Ketua DPD PDIP Jawa TImur Sirmadji.
Dalam sambutannya, Megawati sempat bernostalgia bahwa ayahnya Presiden RI pertama, Soekarno, sering menanggap Gandrung di Istana. "Ayah saya sangan menggandrungi Gandrung," kata Megawati.
Megawati mengapresiasi pertunjukan Paju Gandrung kolosal tersebut karena dapat mengangkat potensi budaya lokal. Melalui pertunjukan ini ia berharap Pemerintah Banyuwangi bisa meningkatkan kesejahteraan penari Gandrung. Masyarakat juga tak segan untuk belajar menari Gandrung. "Semoga bisa terus ditumbuhkembangkan," kata Mantan Presiden Indonesia itu.
Tari kolosal tersebut diikuti 1.053 pasang penari alias 2.106 orang dengan kostum dominasi warna merah. Para penarinya mulai tingkat SD, SMP, SMA hingga penari gandrung profesional. "Paju Gandrung Sewu ini merupakan sebuah pertunjukan yang menceritakan cuplikan cerita Gandrung yang berkembang di masyarakat," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Koordinator Panitia Paju Gandrung Sewu, Budianto, mengatakan pertunjukan Tari Gandrung yang ada di masyarakat terdiri atas tiga segmen. Diawali dari Podo Nonton yang menampilkan tarian Jejer Gandrung, lalu Paju Gandrung, dan ditutup dengan Seblang Subuh. “Untuk Jejer Gandrung telah kita hadirkan seribu penari tahun lalu. Giliran tahun ini Paju-nya atau penari pengiringnya,” jelas Budianto.
IKA NINGTYAS