TEMPO.CO, Yogyakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta mulai menggerakkan ratusan komunitas radio amatir dari para pemantau dan relawan. Langkah ini diambil menyusul terjadinya peningkatan aktivitas Gunung Merapi pada Senin pagi , 8 November 2013.
"Ada 198 komunitas relawan yang sudah kami koordinasi untuk mengawasi bersama peningkatan aktivitas ini. Sebagian besar mereka komunitas radio amatir," kata Kepala Bidang Kedaruratan BPBD DIY Prasetyo.
Gunung Merapi sendiri sempat mengeluarkan asap hitam setinggi 2000 meter pada Senin pagi, 18 November 2013, dan mengalami beberapa kali gempa. Embusan asap itu terjadi pada pukul 04.58 WIB. (Baca juga: Abu Merapi Sampai ke Ngawi)
Prasetyo menuturkan, pola pemantauan aktivitas pada gunung yang terakhir meletus hebat pada 2010 silam itu akan berbeda dan dijanjikannya lebih sigap. Dari para komunitas radio amatir ini, BPBD mendapat informasi lebih cepat dan antisipasi bencana yang lebih utuh.
"Tidak sekedar bagaimana dampak dari letusan itu, tapi juga kondisi para warga tersebar ke mana bisa lebih cepat kami pantau dan atasi," kata Prasetyo, yang juga koordinator tim reaksi cepat BPBD DIY itu.
Kebanyakan warga lereng Merapi yang panik dan mengungsi Senin pagi, menurut Prasetyo, adalah warga yang mengalami trauma. Mereka takut kejadian letusan 2010 terulang. "Jadi, kami lebih menggunakan pendekatan psikologis untuk menenangkan," kata dia.
Tak hanya mengirim personel reaksi cepat ke kawasan Merapi, BPBD pun menyebar 36 personel reaksi cepatnya untuk memantau kawasan sungai-sungai.
PRIBADI WICAKSONO
Terpopuler
Berharga 1 Triliun, Ini Isi Rumah Baru Beckham
Abraham Samad Minta Sutarman Hapus Praktek Setoran
Samad: Uang Organisasi Kok di Tempat Pribadi
PSK Dolly yang Tewas Diduga Berusia 14 Tahun