TEMPO.CO, Surakarta - Pemerintah Kota Surakarta telah bersiap merenovasi Gedung Wayang Orang yang kondisinya sudah mulai rusak. Hanya, Pemerintah Kota tidak bisa leluasa merenovasi lantaran gedung kesenian itu berdiri di atas lahan sengketa antara Pemerintah Kota Surakarta dan ahli waris Wiryodiningrat.
Sengketa lahan yang telah berlangsung puluhan tahun itu hingga saat ini masih dalam proses penyelesaian melalui pengadilan. Status sengketa itu membuat pemerintah tidak berani merenovasi. "Perbaikan hanya dilakukan di bagian-bagian yang dianggap mendesak," kata Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surakarta, Y.F. Sukasno, Jumat, 15 November 2013.
Padahal, menurut Sukasno, anggaran dana perbaikan gedung itu sudah disetujui. "Anggarannya disepakati Rp 274 juta dalam APBD tahun depan."
Gedung yang mempertunjukkan kesenian wayang orang tiap malam itu kondisinya memang sudah mulai rusak. Kerusakan paling parah terjadi di bagian atap yang sudah mulai lapuk dan banyak yang bocor. Kondisi itu menyebabkan pertunjukan sering terganggu, terutama pada musim hujan. Padahal, "Gedung wayang orang merupakan salah satu ikon wisata Kota Surakarta," katanya. Apalagi, wayang orang juga sudah menjadi salah satu kesenian langka yang jarang dimiliki oleh kota lain.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, Widdi Sri Hanto, mengatakan bahwa anggaran sebesar Rp 274 juta tersebut sudah mencukupi untuk perbaikan Gedung Wayang Orang. "Paling tidak sudah bisa untuk menyediakan tempat pertunjukan yang layak," katanya.
Status lahan yang masih sengketa tidak hanya menyulitkan renovasi Gedung Wayang Orang, namun sekaligus menghambat pengembangan aset wisata lain yang ada di Sriwedari, seperti Museum Radya Pustaka. Radya Pustaka adalah salah satu museum tertua di Indonesia.
AHMAD RAFIQ