TEMPO.CO, Surabaya -- Ribuan terakota atau pecahan tembikar dan gerabah, yang diduga peninggalan zaman Majapahit, ditemukan di puncak Bukit Bekel, sebelah barat Gunung Penanggungan, Kabupaten Mojokerto. Pecahan gerabah tersebut berserakan di puncak bukit yang dua pekan lalu hangus dilalap api akibat kebakaran hutan itu.
Penemuan pecahan gerabah ini disaksikan langsung oleh Tempo, yang mengikuti pendakian arkeolog Nigel Bullough alias Hadi Sidomulyo pada Senin-Selasa, 4-5 November 2013 di kawasan Gunung Penanggungan. Nigel ditemani Ismail Lutfi, dosen pengajar di Universitas Negeri Malang dan lulusan Arkeologi Universitas Gajah Mada, serta Kusworo Rahadian, konsultan di kampus outdoor Universitas Surabaya. Di puncak Bukit Bekel ini juga terdapat situs Candi Suryo.
Baca Juga:
Menurut Nigel, penemuan pecahan gerabah tersebut berkaitan erat dengan keberadaan candi-candi yang berada di kawasan Gunung Penanggungan. "Bisa jadi pecah ketika dibawa dan kemudian ditaruh di puncak," kata dia. Candi-candi di kawasan Penanggungan, kata Nigel, merupakan tempat pemujaan. Bukan hal yang aneh jika kemudian menjadi tempat untuk menaruh gerabah tersebut. Berdasarkan pendataan yang dia lakukan, ada sekitar 107 candi yang berada di kawasan Penanggungan.
"Dari jumlah tersebut, bisa juga bertambah," katanya. Namun kondisi sebagian besar candi sangat memprihatinkan. Nigel sebelumnya juga telah memperkirakan bahwa setelah kebakaran hutan melahap bukit Bekel, keberadaan situs baru akan terungkap. Perkiraan tersebut tidak meleset. Di sisi timur Bukit Bekel ternyata ditemukan struktur batu alam yang tertata rapi serta teras yang diduga sebagai bekas candi.
Pantauan Tempo, ketika berada di puncak Bekel, baik Nigel maupun Lutfi selalu melihat permukaan tanah. Sesekali, keduanya berhenti dan kemudian memungut pecahan gerabah atau terakota, yang diamati untuk kemudian ditaruh lagi.
DAVID PRIYASIDHARTA