TEMPO.CO, Pasuruan - Produksi air di sumber air Puntuk Bunder, Gunung Arjuna, Jawa Timur, makin menyusut. Kebakaran yang terus berulang di kawasan Taman Hutan Raya Raden Soeryo diperkirakan menjadi penyebabnya. Semula aliran air dari mata air tersebut ditampung dalam tandon untuk kemudian dibagikan ke rumah-rumah warga kaki gunung.
Namun, semenjak pasokannya kian seret, giliran warga yang mendatangi tandon itu untuk antre air. "Setiap hari kami harus mengangsu," kata Juwariyah, penduduk Dusun Cowek, Desa Jatiarjo, Prigen, Pasuruan, Selasa pekan lalu, seperti yang ditulis dalam laporan Tempo edisi Jawa Timur pekan ini. Bersama puluhan warga lainnya, Juwariyah mengambil air untuk berwudu, memasak, mencuci pakaian, dan mandi.
Menurut Abdul Karim, perangkat Desa Jatiarjo yang bertugas sebagai ulu-ulu alias pengatur air, anjloknya pasokan air dari Puntuk Bunder terjadi sejak Taman Hutan Raya Raden Soeryo kritis akibat kebakaran. Sebab, selama ini hutan lindung seluas 27 ribu hektare itu merupakan daerah resapan air, termasuk Puntuk Bunder. "Dulu debitnya 3 liter per detik, sekarang tinggal 1 liter per detik," kata Karim.
Dalam kondisi normal, air dari Puntuk Bunder dialirkan melalui pipa-pipa berdiameter 2 inci ke tandon-tandon yang tersebar di perkampungan, termasuk Cowek. Selanjutnya, dari tandon itu, air dipasok lewat jaringan pipa Himpunan Penduduk Pengguna Air Minum (Hippam) Jatiarjo dari hibah pemerintah pada 2010 ke bak penampungan di rumah-rumah penduduk. "Sekarang boro-boro dialirkan ke rumah warga, untuk mengisi tandon saja susah," ujar Karim.
Kepala Sub-Bagian Tata Usaha UPT Tahura Raden Soeryo, Agustina Tangkeallo, mengatakan, dalam dua bulan terakhir, lahan yang terbakar mencapai 15 hektare. Kebakaran merata hingga masuk wilayah Pasuruan, Mojokerto, Malang, Batu, dan Jombang. Dibandingkan tahun lalu yang total terbakar 930 hektare, kebakaran tahun ini memang lebih kecil. "Namun tetap saja kerugiannya tak ternilai," kata Agustina.
Penyebab kebakaran, kata Agustina, bisa bermacam-macam. Contohnya keteledoran pendaki gunung, pembuat arang di hutan, petani yang menyiapkan lahan pertanian, orang iseng, atau pemburu satwa yang sengaja membakar hutan agar buruannya keluar.
EKO WIDIANTO | AGITA SUKMA LISTYANTI