TEMPO.CO, Surakarta - Keraton Kasunanan Surakarta selama ini rutin menggelar ritual kirab untuk menyambut Tahun Baru Jawa yang berbarengan dengan Tahun Baru Hijriyah. Hanya, pada malam ini, kirab tersebut kemungkinan besar batal. Hal ini menjadi buntut dari konflik yang berkepanjangan di internal kerabat kerajaan.
"Sinuhun Paku Buwana XIII telah memerintahkan agar kirab pada malam hari ini ditiadakan," kata Mahapatih Panembahan Agung Tedjowulan saat ditemui, Senin, 4 November 2013. Keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan kondisi keraton yang tidak kondusif akibat konflik internal yang terus memanas.
Tedjowulan mengakui bahwa kegiatan kirab memang menjadi salah satu simbol dari peringatan pergantian tahun. "Namun sebenarnya kirab hanya menjadi satu bagian dari acara peringatan," katanya. Keraton masih bisa menggelar rangkaian acara yang lain, seperti selamatan dan wilujengan.
Dia menyebutkan bahwa peniadaan kirab sebenarnya sudah beberapa kali terjadi. "Misalnya setelah peristiwa Malari puluhan tahun silam," katanya. Meski demikian, keraton masih menggelar acara ritual pergantian tahun yang lain, yang dianggap lebih penting dibanding kirab.
Pengageng Sasana Wandawa, KGPH Puger, menyatakan bahwa kesiapan keraton untuk menggelar kirab sudah 100 persen. "Situasi ini sangat menyulitkan bagi kami yang selama ini selalu berusaha agar tradisi tetap lestari," katanya.
Menurut dia, kirab Malam 1 Sura merupakan tradisi yang selalu dilangsungkan oleh para leluhurnya. "Ini sudah menjadi tradisi milik masyarakat Jawa, bukan hanya milik raja," katanya. Dia berharap agar PB XIII bisa memperhatikan kepentingan masyarakat luas.
Hingga Senin sore, dirinya belum bisa memutuskan apakah kirab malam pergantian tahun akan berlangsung atau tidak. Pihaknya akan mempertimbangkan situasi terakhir. "Termasuk reaksi masyarakat jika kirab ini memang ditiadakan," katanya.
Biasanya, ribuan warga hingga turis asing cukup antusias menyambut kirab tersebut. Selain sejumlah pusaka, hewan peliharaan keraton berupa kerbau bule juga akan ikut dikirab. Sebagian masyarakat masih menganggap kerbau itu memiliki tuah sehingga mereka memperebutkan kotorannya saat kirab Malam 1 Sura.
AHMAD RAFIQ