TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan menemukan hampir 70 persen kasus HIV baru dialami oleh penduduk usia produktif. Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes Lily S Sulistyawati menyatakan sejak April-Juni 2013, persentase kasus HIV yang dialami kelompok usia 25-49 tahun ini mencapai 70,7 persen.
"Aktivitas yang tinggi pada usia ini membuat banyak kelompok produktif yang melakukan perilaku seks berisiko," kata Lily dalam diskusi soft launching program AIDS Digital di kantor Kemenkes, Senin, 28 Oktober 2013.
Menurut Lily, cepatnya perkembangan penderita HIV/AIDS ini didorong pula oleh minimnya pengetahuan masyarakat tentang layanan kesehatan berupa pengecekan dan konsultasi HIV/AIDS. Banyak orang dewasa mengalami gejala HIV/AIDS tak segera memeriksakan diri sehingga berpotensi menularkan pada orang lain.
Dalam lima tahun terakhir, Lily mengatakan, pemerintah telah berhasil menekan penyebaran HIV/AIDS melalui jarum suntik. Namun, penyebaran karena perilaku seks bebas justru meningkat drastis. Yang lebih buruk, penularan HIV/AIDS juga meningkat di kalangan ibu rumah tangga dan berpotensi menular pada anak.
"Perilaku seks berisiko karena lingkungan, masalah keluarga, dan lemahnya agama menjadi hal yang perlu ditangani serius."
Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes Oscar Primadi mengatakan, untuk memaksimalkan kampanye pencegahan HIV/AIDS terhadap kelompok produktif, Kementerian terus mendekatkan akses layanan kesehatan pada masyarakat. Menurut dia, saat ini mayoritas puskesmas dan rumah sakit sudah dibekali pengetahuan untuk melayani konsultasi HIV/AIDS.
"Tenaga kesehatan juga sudah diberi bekal melakukan pemeriksaan dini," kata Oscar.
Selain itu, Kementerian, kata Oscar, menggandeng kelompok peduli HIV/AIDS untuk mengembangkan program yang bisa diakses semua masyarakat. Caranya, dengan menerbitkan layanan informasi berbasis online yang bisa diakses semua orang. Untuk menjalankan program ini, Kemenkes menggandeng Indonesia AIDS Coalition (IAC).
Direktur Eksekutif IAC Aditya Wardhana mengakui selama ini akses informasi terhadap penyebaran HIV/AIDS masih sangat minim. Masyarakat juga masih menganggap HIV/AIDS sebagai hal memalukan sehingga harus ditutupi dari orang lain bahkan keluarga. Perluasan akses pengetahuan pada publik diyakininya bakal menurunkan kebiasaan masyarakat untuk berperliku berisiko, seperti seks bebas, gonta-ganti pasangan, dan pemakaian jarum suntik.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sejak 1987 hingga 2005, jumlah orang yang sudah masuk dalam stadium AIDS lebih banyak dilaporkan daripada yang baru terinfeksi HIV. Sementara itu, mulai 2006 hingga 2012, sudah lebih banyak orang terinfeksi HIV dan belum masuk stadium AIDS yang ditemukan. Pada 2012, ditemukan kasus HIV sebanyak 21.511 orang dan AIDS sebanyak 5.686 orang. Sedangkan pada 2008, penderita HIV sebanyak 10.362 orang dan AIDS sebanyak 4.943 orang.
IRA GUSLINA SUFA
Berita terkait:
Ini Pertumbuhan Kasus HIV/AIDS di Jakarta
Pekerja Seks Jalanan Lebih Tak Peduli Bahaya Aids
200 Ribu Pria di Jakarta Rawan Terkena HIV/AIDS
Ahok Tes HIV/AIDS, Aktivis Senang