Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Yogyakarta Mendaftar Aset Sejarah Era Ibu Kota RI  

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
TEMPO/Suryo Wibowo
TEMPO/Suryo Wibowo
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta mulai mengiventarisasi sejumlah aset bersejarah. Aset tersebut, khususnya adalah yang pernah menjadi kantor pemerintahan Indonesia saat ibu kota dipindah ke Yogyakarta, dari tahun 1946-1949.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Budi Santosa menuturkan, pihaknya baru berhasil mendeteksi beberapa bangunan saja. Sedikitnya ada empat bangunan bersejarah yang sudah dicatatkan dalam dokumen pemerintah. “Semua aset itu dimiliki perorangan, tidak ada yang menjadi milik negara atau daerah,” kata Budi, Kamis 26 September 2013.

Sejumlah bangunan bersejarah yang terlacak antara lain bekas Kantor Departemen Agama yang kini menjadi Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Ngampilan dan Kantor Kementerian Luar Negeri yang kini menjadi Museum Sandi Negara.

Selain itu ada pula bangunan yang terdata seperti Sekolah Menengah Atas (SMA) 17 yang merupakan bekas markas Tentara Pelajar dan tempat pelaksaan Kongres Budi Utomo 1908 yang sekarang menjadi Gedung SMA Negeri 11.

Budi mengungkapkan, inventarisasi dilakukan bukan untuk membebaskan lahan itu agar bisa dibeli pemerintah. “Kalau membeli pasti butuh dana sangat besar. Kami hanya menjaga dan mengajak masyarakat agar bangunan bersejarah ini tidak ada yang mengalami perubahan bentuk, apalagi dirobohkan,” kata dia.

Meski telah berhasil mendata sekitar 600 benda bersejarah dari berbagai masa, dinas pariwisata kesulitan melacak keberadaan aset terutama yang menjadi roda pemerintahan Indonesia selama empat tahun di Yogya.

Anggaran inventarisasi juga sangat terbatas, tidak sampai Rp 100 juta per tahun. Padahal untuk melacak keberadaan bangunan butuh penelusuran banyak dokumen, bukan hanya dokumen yang tersimpan dalam Kantor Arsip Daerah milik pemerintah Yogyakarta. Anggota tim inventarisasi ini hanya lima orang dan semua berasal dari kalangan pemerintah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat ini, pemerintah Yogya tengah melakukan pendataan pada kawasan Kota Baru, Danurejan, dan Pakualaman yang disinyalir masih banyak bangunan bersejarah namun belum terdata. “Khususnya Kota Baru, kami yakin ada banyak bekas kantor pemerintahan di masa transisi ini,” kata dia.

Pengamat sejarah Universitas Gadjah Mada Djoko Suryo mengatakan rencana pendaftaran aset ini akan membutuhkan tenaga ekstra. Terlebih karena transisi republik pada masa kemerdekaan sangat dinamis.

“Perlu tim yang melibatkan unsur di luar pemerintah, bahkan dari daerah lain khususnya pemerintah DKI Jakarta,” kata dia. Djoko mengungkapkan untuk melacak aset bersejarah saat Yogya jadi ibu kota itu, perlu melihat kronologi dari tahun 1940, 1945, dan 1950.

“Banyak yang beralih fungsi dua sampai tiga kali,” kata dia. Ia pun merekomendasikan penelusuran dokumen yang lebih lengkap, mulai kantor arsip di Yogya, Jakarta, bahkan jika perlu ke Leiden Belanda.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

1 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

37 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

41 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

45 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Hujan akibatkan kanopi di Stasiun Tugu Yogyakarta roboh, Kamis, 4 Januari 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.


Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi meletus lagi, mengirim material vulkanik hingga setinggi tiga kilometer di atas puncak gunung itu, Jumat pagi 10 April 2020. Letusan itu adalah yang ketujuh sejak yang pertama Jumat pagi 27 Maret lalu. FOTO/DOK BPPTKG
Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.


Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Ketua Umum Partai PSI Giring Ganesha (kanan) memakaikan jaket partai kepada Ade Armando (kiri), sebagai simbol bergabung partai PSI di kantor DPP partai PSI, Jakarta Pusat, Selasa, 11 April 2023. Ketua Umum partai PSI mengumumkan bergabungnya Ade Armando menjadi kader Partai PSI. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman


Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Masyarakat berebut gunungan Sekaten di halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Kamis (28/9). Dok. Keraton Yogyakarta.
Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.


Libur Nataru, Yogyakarta Targetkan Dulang 800 Ribu Wisatawan

6 Desember 2023

Kawasan Tebing Breksi, Sleman, jadi andalan destinasi wisata akhir pekan. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Libur Nataru, Yogyakarta Targetkan Dulang 800 Ribu Wisatawan

Puncak kunjungan wisatawan di destinasi wisata Yogyakarta setiap tahunnya terjadi pada Juni, Juli, dan Desember.