TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Jenderal Timur Pradopo mengklaim sekitar 90 persen kasus terorisme yang terjadi di Indonesia mampu diungkap. Menurut dia, kasus terorisme yang belum terungkap hingga saat ini disebabkan perbedaan tingkat kesulitan, bukan berati ketidakmampuan polisi.
"90 persen itu juga kita sidangkan di pengadilan sehingga masyarakat mengetahui prosesnya. Sisanya yakin kita bisa ungkap," kata Timur saat ditemui usai upacara serah terima Jabatan di Mabes Polri, Senin, 16 September 2013.
Timur membantah polisi sengaja melakukan pembiaran terhadap beberapa pelaku teror sehingga belum ditangkap. Menurut dia, penyidik polisi dan Detasemen Khusus Antiteror 88 juga belum menemukan petunjuk jelas perihal keberadaan para pelaku yang masih buron.
Keberhasilan Polri mengungkap kasus teror hingga 90 persen juga mendatangkan apresiasi dari negara internasional. Menurut Timur, banyak kepolisian negara lain yang datang, diskusi, dan belajar mengenai penanganan kejahatan terorisme.
Ia juga menyatakan, sasaran dan teknik teror yang dilakukan berubah dan berkembang. Awalnya, teror berbentuk bom yang disasarkan pada warga negara asing. Metode ini semakin berkurang ketika polisi berhasil mengungkap tempat persembunyian dan pelatihan kelompok tersebut.
Selain itu, tokoh dan ahli perakitan bom banyak yang sudah ditangkap dan tewas. Situasi ini menggeser sasaran kelompok teroris kepada anggota kepolisian dengan penembakan dan penyerangan.
"Penyerangan di Medan, Kantor Polisi Resor Kota Cirebon, dan Pos Pengamanan Lebaran 2012 jadi awal. Tapi semua terungkap," kata Timur.
Timur yakin kasus teror penembak polisi juga akan terungkap. Akan tetapi, kepolisian masih membutuhkan waktu untuk mengejar dan menangkap pelaku yang saat ini diyakini sedang disembunyikan kelompoknya.
FRANSISCO ROSARIANS