TEMPO.CO, Jakarta - Mantan perwira intelijen TNI Angkatan Darat, Nachrowi Ramli, mengatakan sejumlah aksi penembakan terhadap personel kepolisian sebenarnya bisa diantisipasi melalui peringatan dari intelijen. "Setiap kegiatan bisa kita ketahui sebelumnya," kata Nachrowi di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta, Rabu, 11 September 2013.
Karena itu, Nachrowi menambahkan, setiap menjalankan tugas, personel kepolisian tak perlu menyiapkan perlengkapan khusus untuk mengantisipasi munculnya aksi teror. "Bukan berarti represif dengan setiap orang memakai rompi anti-peluru," ujar Nachrowi.
Menurut Nachrowi, operasi intelijen dari aparat sejauh ini memang sudah berjalan. Namun, tetap diperlukan kewaspadaan tinggi dari intelijen jika melihat sinyal munculnya aksi teror. "Jangan anggap enteng situasi. Jangan under-estimate," ujar perwira intelijen yang berdinas pada 1974-1986 ini.
Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara, Asad Said Ali, menduga sejumlah aksi penembakan terhadap polisi dilakukan sisa-sisa kelompok teroris Poso yang menaruh dendam kepada polisi. "Mereka dendam karena menganggap cara-cara polisi dalam memberantas terorisme tidak manusiawi," kata Asad.
Menurut Asad, kelompok teroris ini memang menganut Islam radikal. Tapi, mereka tidak terkait dengan jaringan teroris internasional Al-Qaeda. Strategi yang digunakan kelompok ini, dengan meneror anggota kepolisian, sudah tak seperti pada periode 2001-2005. "Kekuatan lawan sudah berubah," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menduga serangkaian aksi penembakan polisi dua bulan terakhir ini didalangi kelompok Abu Omar. Peristiwa teranyar menewaskan Brigadir Kepala Sukardi. Anggota Provost Polair Markas Besar Kepolisian RI itu ditembak di depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Selasa malam.
BNPT menyatakan modus operandi teror dengan sepeda motor dan proyektil peluru yang sama menjadi alasan polisi melontarkan tuduhan tersebut. Ini ditegaskan Kepala BNPT Ansyaad Mbai dalam wawancara khusus dengan majalah Tempo, akhir Agustus 2013 lalu.
Kelompok Abu Omar sendiri sebenarnya sudah tercerai-berai. Dua anak buah utama Omar, yakni Abu Roban dan Qodrat, tewas ditembak dalam operasi pelarian mereka. Abu Omar sendiri sudah ditangkap dan kini dipenjara di Cipinang bersama anak buahnya, Sofyan.
Sukardi tewas ditembak di Jalan H.R. Rasuna Said, Kuningan. Dia terkapar di tengah jalan khusus sepeda motor dengan luka tembak pada perut bagian kiri, yang terlihat dari rembesan darah di seragamnya. Penembakan ini terjadi saat Sukardi tengah mengawal enam truk bak terbuka yang membawa elevator untuk pembangunan proyek Rasuna Tower di kawasan Kuningan.
Penembakan terhadap Sukardi menjadi kasus kelima sepanjang tahun ini. Penembakan terakhir terjadi pada 16 Agustus lalu di Jalan Graha Raya Pondok Aren, Tangerang. Korban, Brigadir Kepala Maulana dan Ajun Inspektur Dua Kus Hendratma, juga tewas. Sepuluh hari sebelumnya, Ajun Inspektur Satu Dwiyatna juga tewas ditembak di Jalan Otista Raya, Ciputat, Tangerang Selatan, sekitar 4 kilometer dari rumahnya.
PRIHANDOKO