TEMPO.CO, Cianjur - Harga kedelai yang mencapai Rp 9.000 per kilogram membuat sejumlah industri rumahan pembuat tauco mengurangi produksinya hingga 50 persen. Bahkan, perajin tauco di Kampung Kopem RT 01 RW 10, Kelurahan Sawahgede, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, berhenti memproduksi makanan khas Cianjur ini. Masdar, 46 tahun, pemilik produksi tauco di Kampung Kopem mulai resah dengan pelonjalan harga kedelai. Dia khawatir tidak akan bisa memproduksi tauco lagi bila harga kedelai terus melambung,
"Jika harga kedelai ini lebih dari Rp 9 ribu, kami tidak akan bisa memproduksi lagi. Padahal, sebelumnya harga kedelai sekitar Rp 7.500 per kilogram," ujar Masdar, Ahad, 1 September 2013.
Sebetulnya Masdar sudah pernah mengalami kondisi seperti ini, yakni ketika harga kedelai naik karena ketersediaannya yang terbatas. Dan kali ini, harga kedelai kembali naik sebab nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terus menurun. "Keadaan ini sudah berlangsung hampir selama sepekan lebih. Karenanya kami pasrah saja dengan kondisi sekarang, menunggu nilai tukar rupiah kembali normal," kata dia.
Ketika harga kedelai masih di angka Rp 7.500 per kilogram, Masdar bisa memproduksi 900 botol tauco per hari. Dengan bahan baku kedelai satu kuintal, ia meraih keuntungan Rp 600 ribu per hari. Namun kini ia hanya mampu memproduksi sekitar 300 botol per hari tanpa keuntungan. "Sekarang saya hanya bisa membeli 80 kilogram kedelai untuk memproduksi tauco. Keuntungannya cuma cukup bayar lima pegawai," kata Masdar. "Makanya, kalau harga kedelai lebih dari Rp 9 ribu, kami pasti tutup."
Perajin tauco lain, Eni Hayati, juga mengurangi produksi tauconya hingga 50 persen. Pengusaha di Jalan Slamet Riyadi, Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Cianjur, ini hanya mampu menghasilkan 500 botol tauco per harinya. "Padahal dulu satu hari terproduksi seribu botol tauco," kata Eni.
Menurut Eni, pengolahan tauco tidak sama dengan tahu atau tempe yang bisa dikurangi ukurannya. Kadar kedelai dalam pembuatan tauco pun tidak bisa dikurangi. Sebab, tauco akan berkualitas jelek jika bahan baku tak sesuai standar. Rasa tauco juga akan cepat asam bila dibuat dalam kualitas encer. "Itu juga tidak akan bertahan lama, tak sampai seminggu juga. Sedangkan jika normal, bisa sampai sebulan."
Eni pun tidak bisa mengalihkan bahan baku tauco ke kedelai lokal. Selain harganya yang lebih mahal, jarang ada penjual kedelai lokal di Cianjur. Kualitas kedelai lokal juga tak sebaik kedelai impor. "Kalau direndam dan diberi garam jadinya busuk. Berbeda dengan kedelai impor yang direndam jadinya keras," kata dia. "Menaikan harga jual tauco pun bukan solusi karena akan sulit menjualnya."
DEDEN ABDUL AZIZ
Terhangat:
EDSUS Polwan Jelita | Rupiah Loyo | Konvensi Demokrat | Suap SKK Migas
Berita populer:
Anggota FBR Ditembak Pria Tidak Dikenal
Sekjen ESDM Dicegah, KPK Serius Usut Jero Wacik
Jokowi: Lurah Susan Tak akan Dipindahkan
Agnes Monica: Indonesia Enggak Primitif