TEMPO.CO, Sleman--Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia Sidarto Danusubroto menjadi 'bajingan' di Lapangan Kridobuwono, Prambanan, Klaten. Meskipun sebagai pejabat tinggi negara, ia tidak risih untuk didaulat dua ratusan bajingan yang ikut acara Gerobak Sapi Merdeka 2013. "Saya tahu bajingan adalah kusir gerobak sapi," kata Sidarto, Sabtu 31 Agustus 2013.
Bajingan yang dimaksud bukannya sebutan negatif atau umpatan karena marah kepada seseorang. Istilah bajingan sebagai kusir gerobak sapi sudah ada sejak zaman dulu. Bajingan juga bisa dimaknai dengan kepanjangan Bagusing Jiwo Angen-angene pangeran atau baiknya jiwa adalah harapan pangeran.
Sidarto menyatakan para bajingan dengan gerobak sapi hingga kini masih melestarikan budaya nenek moyang. Pemanfaatan gerobak sapi sebagai moda transportasi tradisional masih langgeng. "Para bajingan berbudi luhur. Di sini masih kuat melestarikan budaya Jawa Yogya dan Solo, budaya nenek moyang kita," kata dia.
Ia berkisah saat masih seumuran Sekolah Dasar sering naik gerobak sapi saat di daerah Yogyakarta. Kenangan itu terjadi pada 1948 pascakemerdekaan Indonesia.
Ia berharap kepada pemerintah daerah juga menyokong untuk pelestarian gerobak sapi supaya tidak tergilas teknologi transportasi masa kini. Seperti pembinaan dan memberi bantuan event-event festival gerobak sapi.
Di sela-sela canda gurau dengan para bajingan, Sidarto juga memberikan wejangan-wejangan anti korupsi. Sebagai bajingan juga harus tahu kampanye pemerintah soal pemberantasan korupsi. "Tapi kalau bajingan apa yang dikorupsi? Teletong, ya," ujar Sidarto disambut gelak tawa para bajingan.
Pada acara Gerobak Sapi Merdeka 2013, para bajingan yang berasal dari Purworejo, Boyolali, Bantul, Sleman, Klaten, Kulon Progo dan daerah lain ikut serta. Acara itu juga untuk mangayubagyo Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-68.
Warjono, ketua panitia penyelenggara menyatakan, para bajingan perlu ikut menyemarakkan kemerdekaan dengan cara turut napak tilas. Sebab, di masa perang kemerdekaan, para bajingan juga bahu membahu dengan para gerilyawan melawan penjajah.
"Zaman perang, para bajingan sebagai orang yang menyelundupkan senjata untuk para pejuang dan mengangkut bahan makan untuk para gerilyawan yang berada di hutan," kata Warjono.
Ia juga menambahkan, kalau dulu para bajingan ikut melawan penjajah, kini mereka juga diikutsertakan melawan penjajah dalam bentuk lain, yakni koruptor. "Kami para bajingan anti korupsi," kata dia.
Dua ratusan gerobak sapi lalu diarak mengelilingi Candi Prambanan dan candi Sewu. Komplek dua candi itu berada di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dan Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
MUH SYAIFULLAH
Terhangat:
EDSUS Polwan Jelita | Rupiah Loyo | Konvensi Demokrat | Suap SKK Migas
Berita populer:
Anggota FBR Ditembak Pria Tidak Dikenal
Sekjen ESDM Dicegah, KPK Serius Usut Jero Wacik
Jokowi: Lurah Susan Tak akan Dipindahkan
Agnes Monica: Indonesia Enggak Primitif