TEMPO.CO, Jakarta -- Komisi Nasional Perlindungan Anak sejak kemarin mengerahkan 60 sukarelawan untuk memantau proses masa orientasi siswa yang berjalan di sejumlah sekolah menengah pertama dan atas di wilayah Jabodetabek.
Arist Merdeka Sirait mengatakan bahwa program ini diadakan supaya budaya kekerasan di sekolah tidak mengakar. "Saat ini kekerasan pada anak paling tinggi terjadi di rumah, sekolah, dan lingkungan main anak," ujar Arist ketika dihubungi Tempo, Selasa, 16 Juli 2013.
"Ini sebagai bentuk pertanggungjawaban perlindungan sekolah, MOS harus dikontrol," ia menambahkan. Sukarelawan yang dikerahkan Komnas PA berasal dari elemen mahasiswa, pekerja sosial, dan masyarakat umum yang peduli pada isu kekerasan terhadap pelajar.
"Dua belas dari 60 sukarelawan merupakan mahasiswa yang sedang magang di Komnas PA, semua dikerahkan untuk program ini. Mereka berasal dari UI, UIN, Binus, dan universitas lainnya di Jakarta," kata dia
Menurut Arist, untuk saat ini belum bisa disimpulkan sekolah mana saja yang melakukan aksi kekerasan selama MOS. "Pengawasan ini terutama kami lakukan pada sekolah-sekolah yang langganan melakukan kekerasan, seperti bullying dan tawuran," ia menambahkan. Pengawasan dilakukan pada STM, sekolah negeri, dan sekolah swasta.
Lebih lanjut, Arist mengatakan bahwa pihaknya akan mengumpulkan kembali ke 60 sukarelawan tersebut esok hari, tepat saat berakhirnya MOS, untuk dimintai laporan pengawasan kemudian dibuat kesimpulan.
TIKA PRIMANDARI
Topik Terhangat
Hambalang Jilid 2 | Rusuh Nabire | Pemasok Narkoba | Eksekutor Cebongan
Berita Lain:
Wakil Menteri Dituding Muluskan Anggaran Hambalang
Dua Orang Ditembak di Apartemen Mediterania
Polri dan TNI Diminta Pulihkan Situasi di Nabire
Priyo: ICW Salah Mengerti Surat Napi Koruptor