TEMPO.CO, Kudus -- Penerima bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) di Desa Besito, Kecamatan Gebog, Kudus, tak seluruhnya tepat sasaran. 60 dari 237 penerima BLSM di Desa Besito merupakan keluarga berkecukupan. “Bahkan dua di antaranya memiliki dua unit mobil,” kata Kepala Desa Besito, Kecamatan Gebog Kudus, Abdul Rozaq, di Kudus, Selasa, 9 Juli 2013.
Karena itu Rozaq menunda pencairan BLSM bagi 15 keluarga di desanya. “Sebab mereka dalam kategori kaya,” kata dia. Rozaq menjelaskan berdasarkan survei tahun 2011, ada 700-an warga miskin di Besito. Namun penerima BLSM di sana hanya berjumlah 237 keluarga.
Kasus serupa juga terjadi di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Warga Dukuh Duko, Desa Nglobar, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Riyati, 41 tahun, mengeluhkan masih banyak keluarga mampu di desanya menerima BLSM. “Mereka punya mobil dan rumah bagus, tapi masih terima BLSM. Seharusnya jatah itu diberikan kepada yang tidak mampu,” kata Riyati.
BLSM untuk setiap rumah tangga sasaran di Kabupaten Grobogan juga dipotong Rp 50 ribu. "Alasannya untuk pemerataan dan kas desa," kata Riyati. BLSM diberikan sebagai kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Pemerintah memutuskan 15.5 juta rumah tangga sasaran yng menerima BLSM ini.
BANDELAN AMARUDIN
Terhangat:
Karya Penemu Muda | Bursa Capres 2014 | Ribut Kabut Asap | Tarif Progresif KRL | Bencana Aceh
Terpopuler:
Hasil SBMPTN Diumumkan Pukul 17.00 Hari Ini
Diperiksa Tiga Jam, Maharani Hanya 'Permisi'
Suap Daging Impor, KPK Kembali Periksa Maharani
Beruang Salju Ini Hentikan Laju Kapal Raksasa
KPK Lebih Percaya Yulianis Ketimbang Nazaruddin