TEMPO.CO, Jakarta- Ketua Dewan Pers Bagir Manan meminta media untuk mampu mengembalikan tingkat kepercayaan masyarakat kepada pelaksanaan pemilihan umum. Meski tetap netral, media diharapkan dapat menampilkan sosok calon pemimpin yang dibutuhkan masyarakat untuk lima tahun masa kepemimpinan. Hal ini diyakini dapat meningkatkan partisipasi masyarakat.
"Pers dikenal sebagai pilar keempat demokrasi. Harus bisa mendorong para calon untuk tidak hanya retorika, tapi menjawab kebutuhan masyarakat," kata Bagir Manan saat ditemui usai diskusi di Dewan Pers, Selasa, 2 Juli 2013. (Baca: Independensi Media Rentan dari Intervensi Parpol)
Tingkat partasipasi masyarakat pada pemilu 2014 hanya 65 persen. Angka partisipasi ini terus menurun sejak awal masa reformasi yaitu Pemilu 1998 dengan jumlah 93 persen. Partisipasi masyarakat mulai menurun pada Pemilu 2004 dengan angka 80 persen, dan kembali anjol pada Pemilu 2009 sekitar 71 persen.
Meski demikian, Bagir menilai media sendiri tengah dipantau masyarakat terutama perihal independensi menjelang pemilu. Isu ini semakin kuat saat beberapa pemilik perusahaan media televisi justru terjun aktif dalam politik bahkan mendeklarasikan diri sebagai calon presiden atau calon wakil presiden. "Banyak masyarakat yang bertanya, apa masih bisa media jadi independen," kata dia. (Baca: KPI: Sang Bos Manfaatkan TV untuk Berpolitik)
Pemimpin Redaksi MNC TV, Ray Wijaya,mengklaim media-media khususnya televisi yang dimiliki calon peserta pemilu 2014 tetap bisa independen. Di depan ribuan kader Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) di Hotel Grand Mercure, Jakarta, Selasa, Hary Tanoe, bos MNC Group, mendeklarasikan diri sebagai calon wakil presiden dari partai itu. Hary mendamping Ketua Umum Partai Hanura juga mendeklarasikan diri sebagai calon presiden 2014.
Meski tidak menampik situasi ini sangat sulit dan mencemaskan, Ray mengklaim, pelanggaran proses pemilu jarang terjadi pada newsroom atau redaksional media. "Pelanggaran lebih banyak dalam bentuk iklan dan yang ada di program non news," kata Ray. (Baca: Kongkalikong RCTI Sokong Hanura Ada di YouTube)
Sebagai Pemred yang bertanggungjawab pada acara berita sekitar 3,5 jam hingga 5 jam, dia tahu audiensinya sangat kecil. Sebuah program berita unggulan saja, menurut dia, paling tinggi hanya meraih audiensi hingga 20 persen. Fakta ini diklaim menjadi alasan berita tidak menjadi target kampanye politik di televisi. "Partai-partai itu memakai ruang untuk iklan pada prime time yang harganya sangat tinggi," kata Ray.
FRANSISCO ROSARIANS
Topik Terhangat:
Tarif Progresif KRL | Bursa Capres 2014 | Ribut Kabut Asap | PKS Didepak? | Puncak HUT Jakarta
Berita Terpopuler:
3 Insiden Memalukan Saat SBY di Akademi TNI
SBY Minta Video Wonderful Indonesia Distop
Beli Mobil, Ini Daftar Yang Wajib Dicek
Teman Wartawati Korban Perkosaan Bantah Polisi