TEMPO.CO, Yogyakarta - Komandan Grup II Kopassus Kandang Menjangan Letnan Kolonel Maruli Simandjuntak mengaku sempat curiga ada anakbuahnya yang terlibat dalam penyerangan LP Cebongan yang menewaskan empat tersangka di sana. Namun, kecurigaan itu dia tepis karena tak ada saksi dan bukti.
Dia juga mengaku sudah melakukan langkah antisipasi ketika pertama kali mendengar insiden pembunuhan anggota Kopassus di Hugo's Cafe, Yogyakarta.
"Pada 19 Maret 2013 pagi, saya dapat info ada anggota kecelakaan di Yogyakarta. Pukul 05.50 WIB, dapat info ada anggota (Heru Santosa) tewas di Hugos Cafe. Pagi itu, kami langsung gelar apel luar biasa," kata Maruli Simandjuntak saat memberikan kesaksian di ruang sidang kecil Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Rabu 3 Juli 2013.
Maruli menjadi saksi atas para terdakwa dalam berkas dua, yakni Sersan Satu Tri Juwanto, Sertu Anjar Rahmanto, Sertu Martinus Roberto Paulus, Sertu Herman Siswoyo, dan Sertu Suprapto.
"Saya sampaikan ketika itu, bahwa para pelaku (penganiayaan Heru Santosa) sudah ditangkap. Saya pun meminta kepada anak buah untuk membiarkan polisi menindaklanjutinya," kata Maruli.
"Apa tidak ada rasa curiga, bahwa mungkin saja ada semacam empati dari anak buah karena ada temannya yang dibunuh?" tanya Oditur Militer Letnan Kolonel Syarif Hidayat.
Maruli menjawab, dia sempat khawatir ada upaya balas dendam dari anak buahnya. Apalagi, kata dia, jiwa korsa memang ditanamkan kuat kepada prajurit Kopassus."Kami sudah melewati latihan berat, operasi berbahaya. Kalau ada teman yang luka karena ditembak, ya ditolong," kata Maruli.
Karena itulah, Maruli memberikan kegiatan fisik yang berat kepada anak buahnya sejak 19-23 Maret 2013 di asrama. Diharapkan dengan itu, anakbuahnya tak sempat melakukan hal lain.
Pada 23 Maret 2013, Maruli dihubungi Komandan Korem 072/Pamungkas Yogyakarta Brigadir Jenderal TNI Adi Widjaya. Adi mengabarkan, bahwa empat pelaku penganiayaan Heru Santosa tewas ditembak di lapas Cebongan.
"Hari itu juga pukul 07.00 WIB, kami langsung menggelar apel luar biasa. Kami cek gudang senjata dan personil. Lengkap semua," kata Maruli.
Dia mengatakan tak bisa berprasangka, bahwa pelaku penembakan adalah anak buahnya. Soalnya, ketika itu tak ada bukti dan saksi.
"Personil yang kami cek hanya yang ada di asrama. Kalau personel yang latihan di gunung Lawu, tidak dicheck. Soalnya sudah ada yang bertanggung jawab di sana. Mereka dihubungi juga sulit," kata Maruli.
Lima hari kemudian, pada 29 Maret 2013, tim investigasi TNI AD yang dipimpin Brigadir Jenderal TNI (CPM) Unggul K. Yudhoyono tiba di markas Kopassus. Sehari kemudian, mereka kembali mengadakan apel luar biasa untuk kali ketiga.
Dalam apel tersebut, pelaku penembakan Sersan Dua Ucok Tigor Simbolon mengaku. Pengakuannya diikuti delapan anggota Kopassus lainnya.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Topik Terhangat:
Tarif Progresif KRL | Bursa Capres 2014 | Ribut Kabut Asap | PKS Didepak? | Puncak HUT Jakarta
Berita Terpopuler:
PAN Tolak RUU Ormas, 'Pecat Besan!'
Ada SBY, Tepuk Tangan Meriahnya untuk Jokowi
Rumah Banyak, Satu yang Jadi Favorit Djoko Susilo
Suswono: Bodohnya Pengusaha Bisa Dibohongi AF
Demonstran Wanita 'Diraba-raba' di Tahrir Square