TEMPO.CO, Yogyakarta- Kematian Fuad Muhammad Syafruddin atau Udin, wartawan Bernas sudah terjadi 17 tahun yang lalu. Namun pelaku pembunuhannya hingga saat ini belum tertangkap. Selama itu pula sudah ada pergantian Kepala Kepolisian Daerah sebanyak 16 kali. Namun siapa pembunuh Udin belum terungkap.
Kepala Polda Daerah Istimewa Yogyakarta yang saat ini menjabat, Brigadir Jenderal Haka Astana berjanji serius mengungkap kasus ini. Meski tidak membentuk tim baru, namun polisi segera menata ulang langkah-langkah yang akan dilakukan jajarannya untuk bisa mengungkap siapa pelaku utama pembunuhan 17 yahun silam itu.”Mulai 1 Juli ini tim segera bergerak dengan menyusun langkah untuk menyelidiki kembali kasus kematian Udin,” kata Haka di Yogyakarta, Selasa 25 Juni 2013.
Kasus kematian Udin sudah 17 tahun yang lalu, pada 14 Agustus 2014 mendatang kasus itu kadaluarsa, sehingga polisi harus ngebut untuk menuntaskannya. Menurut dia, penyelesaian kasus ini merupakan pekerjaan rumah bagi penegakan hukum di Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Kami berusaha kembali menyelidiki kasus Udin. Setelah tanggal 1 Juli Hari Bhayangkara kami akan fokus," kata jenderal bintang satu ini.
Haka, yang mengaku sebagai anak seorang wartawan, mengatakan strategi awal untuk mengusut kembali kasus Udin antara lain mengevaluasi proses penyidikan awal saat kasus pembunuhan terjadi. Termasuk menemukan kembali momen olah Tempat Kejadian Perkara karena dengan olah TKP penyidik diharapkan bisa menemukan petunjuk untuk mengungkap sebuah kasus tindak pidana.
Pada waktu itu, kata dia, polisi menghadapi kendala dalam melakukan olah TKP karena sibuk mempersiapkan upacara hari kemerdekaan 17 Agustus. Polisi baru melakukan olah TKP setelah 13 hari dari waktu kejadian.
Setelah Udin, yang sempat dirawat di Rumah Sakit, akhirnya meninggal baru semua pihak sibuk dengan olah TKP dan tindakan lain. Padahal olah TKP yang dilakukan sesaat setelah kejadian sangat penting bagi penyidik.
Ia mengakui, polisi tidak akan mudah menemukan bukti baru untuk membuka lagi kasus ini. Namun, kata dia, dengan pertolongan Tuhan semua bisa dilakukan. Masukan dari tim investigasi yang dibentuk wartawan juga sangat berarti.
Haka berjanji bersikap profesional dalam menuntaskan kasus ini. “Kami akan profesional, juga tidak akan menutup-tutupi kasus ini. Media bisa mengontrol,” kata Haka.
MUH. SYAIFULLAH