TEMPO.CO, Sumenep - Syahbandar Pelabuhan Kalianget, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, memberlakukan sistem buka tutup pelayaran ke sejumlah pulau. Langkah ini ditempuh menyusul terjadinya cuaca buruk di perairan kepulauan Sumenep."Kami memberlakukan sistem buka tutup," kata Kepala Syahbandar Pelabuhan Kalianget, Bambang ATU, Sabtu 15 Juni 2013.
Peristiwa yang menimpa Kapal Ekspres Bahari 3C dua hari lalu, kata Bambang, menjadi pertimbangan pihaknya memberlakukan buka tutup pelayaran. Kapal Bahari yang memuat 214 penumpang menuju pelabuhan Kangean, tiba-tiba putar balik ke pelabuhan Kalianget setelah sesampainya di perairan Pulau Raas ombak menjadi ganas hingga mencapai ketinggian 3 meter. "Cuaca yang berubah cepat itu yang disebut cuaca ekstrem, susah diprediksi," jelas Bambang.
Menurut dia, selama sistem buka tutup pelayaran diberlakukan, surat izin berlayar hanya akan dikeluarkan jika kondisi cuaca dan ombak benar-benar normal. Jika ketinggian ombak terpantau mencapai 2 meter, lanjut Bambang, izin berlayar tidak akan diberikan. "Demi keselamatan penumpang," ujarnya.
Akibat diberlakukannya sistem ini, terjadi penumpukan penumpang dan barang di ruang tunggu pelabuhan Kalianget. Narto, salah pedagang asal Pulau Kangean, khawatir jika terlalu lama di pelabuhan barang dagangannya seperti telur dan sayur-sayuran akan membusuk. "Mau gimana lagi, kalau kebijakan begini, pasrah saja," katanya.
Cuaca ekstrem ini, kata dia, merugikan warga kepulauan terutama pedagang. Narto kecewa karena kondisi semacam ini sudah sering terjadi tapi tidak ada antisipasi dari pemerintah. Warga kepulauan sudah berulang kali meminta pemerintah menyediakan kapal besar yang bisa melintasi ombak tinggi supaya kegiatan ekonomi masyarakat kepulauan tetap berjalan. "Kami tidak butuh BLSM, kami hanya minta kapal besar," pungkasnya.
MUSTHOFA BISRI