TEMPO.CO, Jakarta - Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Siane Indriani menilai bahwa tindakan Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Polri saat berusaha menangkap terduga teroris di Poso, Sulawesi Tengah, Senin lalu, sangat refresif.
Menurut Siane, tindakan Densus tersebut dilakukan dengan berusaha menabrak dan menghilangkan nyawa warga. "Tindakan Densus yang sangat represif ini malah memprovokasi kemarahan warga," kata Siane di Jakarta, Selasa, 11 Juni 2013.
Siane mendapat informasi ihwal kronologi penembakan warga Poso Kota bernama Nudin alias Bonda, Senin, 10 Juni 2013. Pada pukul 15.35 Wita, Nudin mengendarai motor Honda Revo bernomor polisi DN 4159 EI dari Kelurahan Kayamanya melintas di Jalan Pulau Seram.
Nudin yang berboncengan rekannya diikuti oleh sejumlah anggota Densus. Sekitar 15 menit kemudian, di Jalan Pulau Irian atau tepat di depan lorong Jalan Pulau Seribu, motor Nudin ditabrak oleh mobil anggota Densus yang membututinya sejak awal.
"Setelah motor terjatuh, terduga yang berjumlah dua orang sempat melarikan diri masuk ke lorong Pulau Seribu," kata Siane. Siane menduga, karena keduanya lari Densus melepaskan delapan kali tembakan, yang menawaskan Nudin. Rekan Nudin berhasil melarikan diri.
Insiden penembakan tersebut membuat warga marah. Siane mengatakan, massa menutup jalan lintas provinsi dan berunjuk rasa di depan Mapolres Poso. "Warga meminta jenazah korban tewas segera diserahkan ke pihak keluarga," kata Siane.
Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri, Komisaris Besar Agus Rianto, mengatakan Densus menembak Nudin karena berusaha melawan dengan menabrak kendaraan di depannya. "Selain itu, yang bersangkutan mengeluarkan senjata api," ujar Agus.
Karena melawan dan tidak menutup kemungkinan akan membahayakan orng lain termasuk petugas, menurut Agus, akhirnya anggota Densu berusaha melumpuhkan mereka dengan cara memberi tembakan," kata Agus di kantornya.
Agus mengatakan jenazah Nudin dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara, Palu, untuk diautopsi. Menurut dia, Nudin merupakan jaringan teroris yang diduga terlibat berbagai aksi teror di Poso. Nudin juga terkait dengan kelompok Abu Roban.
Abu Roban ditengarai merupakan pimpinan teroris Indonesia bagian Barat, yang menerima hasil fa'i (dana rampasan) dari kelompok Nurdin. Nurdin pun diduga terlibat dengan pengumpulan logistik dan dana untuk kelompok Santoso alias Abu Wardah (diduga pimpinan teroris di Poso), kelompok Abu Asmar di Makassar, dan kelompok Roy di Bima, Nusa Tenggara Barat.
RUSMAN PARAQBUEQ
Terhangat:
Priyo Budi Santoso | Rusuh KJRI Jeddah | Taufiq Kiemas
Baca juga:
BBM Naik Dinilai Tak Pengaruhi Biaya Produksi
PKS Tolak Kenaikan BBM, PAN: Setgab Tak Efektif
Kenaikan BBM, Gerindra Masih Setengah-setengah
Ekonom: Kenaikan BBM Mutlak Dilakukan