TEMPO.CO, Jember - Tiga kompi personil Brimob Kepolisian Daerah Jawa Timur, Jum’at, 7 Juni 2013, dikerahkan untuk menjaga keamanan di di Dusun Mandigu, Desa Sidodadi, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Mereka memperkuat aparat Kepolisian Resor Jember yang sudah melakukan penjagaan sejak Kamis, 6 Juni 2013.
Pengamanan dilakukan setelah terjadi aksi perusakan dan pembakaran sejumlah bangunan di komplek Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Perhutani di dusun tersebut pada Rabu malam, 5 Juni 2013. "Mereka mendirikan posko keamanan darurat untuk mengantisipasi kemungkinan gangguan keamanan di sana," kata Wakapolres Jember Komisaris Polisi Cecep Susatya.
Menurut Cecep, pihaknya juga sedang berupaya menjadi fasilitator antara pihak Perhutani Jember dengan warga yang terlibat sengketa tanah sejak 1986. Pejabat Perhutani Jember dan perwakilan warga Mandigu akan diundang untuk membahas penyelesaiannya. "Agar ditemukan solusi terbaik dan memuaskan semua pihak,” ujarnya.
Sekitar 1.000 orang melampiaskan kemarahannya. Bangunan kantor dan rumah dinas Kepala RPH rusak berat. Kaca jendela dan pintu pecah. Atapnya hangus terbakar. Adapun yang terbakar habis adalah rumah milik Mistar, penjaga dan tukang kebun RPH Mandigu, yang terbuat dari kayu dan bambu. Dokumen kantor serta isi rumah turut terbakar, termasuk cincin dan uang Rp 1,85 juta milik Mistar.
Menurut koordinator warga Mandigu Agus Sutrisno, ketegangan berkaitan sengketa lahan seluas 191,5 hektar, itu sudah terjadi sejak Senin, 3 Juni 2013. Pertemuan warga dengan pihak Perhutani sebenarnya sudah disepakati permasalahan menunggu keputusan Kementerian Kehutanan. Kesepakatan serupa juga dicapai ketika warga berkoordinasi dengan Badan Petanahan (BPN) Jember pada Selasa, 4 Juni 2013. ”BPN juga siap membantu menyelesaikannya,” ujar Agus.
Namun pada Rabu siang, 5 Juni 2013 siang, staf ahli Menteri Kehutanan Agus Mulyono secara diam-diam datang ke Mandigu. Warga marah karena pertemuan melibatkan pengurus Lembaha Masyarakat Desa Hutan (LMDH), yang aspirasinya berbeda dengan warga. Warga meminta agar lahan milik warga dikembalikan. Namun LMDH meminta warga agar mengikuti tawaran Perhutani. Warga yang tersulut emosinya segera menuju komplek RPH Perhutani, dan melakukan aksi perusakan dan pembakaran.
Administratur Perhutani Jember Nanang Sugiharto membantah pihaknya menjadi pemicu amuk massa. Nanang mengatakan, pihaknya hanya mengantarkan Agus Mulyono yang akan melakukan pengumpulan bahan keterangan di Mandigu. Namun saat tiba di lokasi, disambut oleh dua kelompok warga yang ingin menyampaikan pendapatnya berkaitan dengan status tanah di Mandigu.
Menurut Nanang, satu kelompok meminta tukar guling dengan perbandingan 1:0, sedangkan kelompok lainnya meminta 1:1. ”Kami terjebak dialog dari dua kelompok warga itu,” ucapnya.
Pehutani Jember, kata Nanang pula, masih menunggu keputusan Menteri Kehutanan, atau bahkan presiden, apakah akan mempertahankan kawasan Mandigu menjadi kawasan hutan atau melepasnya sesuai permintaan Bupati Jember. Namun, hal itu sulit dilakukan karena sebagian lahan sudah ditempati warga, juga terdapat fasilitas umum.
MAHBUB DJUNAIDY
Topik terhangat:
Penembakan Tito Kei | Tarif Baru KRL | Kisruh KJS | PKS Membangkang | Fathanah
Berita lainnya:
Pramugari Sriwijaya Air Dipukul Pejabat Daerah
4 Indikasi Priyo Diduga Terlibat Proyek Kementerian Agama
Spanduk Tolak Kenaikan BBM PKS Dicopot