TEMPO.CO, Jakarta--Banyak jalan menuju Roma, banyak pula cara menolak korupsi di negeri ini. Salah satunya yang dilakukan 85 penyair Indonesia yang dengan jalannya menolak korupsi dengan membaca puisi.
Tempo berkesempatan mengikuti perjalanan road show 'Puisi Menolak Korupsi' di dua kota; Blitar Jawa Timur dan Tegal Jawa Tengah. Gerakan ini dimulai dari kota Blitar dengan peluncuran buku kumpulan puisi (antologi) berjudul sama, 'Puisi Menolak Korupsi,' pada Sabtu, 18 Mei 2013 di Perpustakaan Nasional Bung Karno.
Lima puluhan penyair dari berbagai daerah bersemangat membacakan sajak-sajak perlawanan. Ahmadun Yosi Herfanda menyitir korupsi daging sapi ala PKS dengan puisinya 'Musang Berbulu Agama' , adapula penyair Kudus, Jumari HS meneriakan sajaknya, 'Negeri Bohong.'
Yang menarik dan perlu didukung adalah semangat para penyair ini yang secara swadaya membiayai penerbitan hingga perjalanan keliling gerakan menolak korupsi ini dengan merogoh kocek sendiri.
Koordinator gerakan Puisi Menolak Korupsi, Sosiawan Leak mengatakan gerakan ini diharapkan menjadi sarana bagi kalangan penyair menyatakan penolakan yang tegas terhadap tindak korupsi.
"Ini juga seruan moral kepada masyarakat agar secara filosofis dan kultural turut mewaspadai munculnya sikap mental korupsi sejak dini, serta mencegah perilaku korup yang lebih akut,"kata penyair Solo yang kerap membacakan sajaknya di luar negeri ini.
Di Blitar, para penyair juga berkesempatan menziarahi makam sang proklamator, Soekarno. Di makam itu tepat pukul 24.00 WIB, para penyair memanjatkan doa, dalam suasana hening, macapatan dibacakan sebagai tanda hormat kepada pendiri negeri.
Gerakan pembacaan puisi ini pun berlanjut pada 1 dan 2 Juni 2013 di Tegal, Jawa Tengah. Penyair berbagai daerah juga berdatangan ke 'negeri poci' ini. Ada Isbedy Setyawan dari Lampung yang membacakan puisi 'Seorang Bertanya'. Katanya, "...dan ketika seseorang bertanya/apakah ini rumah sakit/kantor kecamatan/ia menjawab: di negeri/ tak beraturan seperti ini/apa pun bisa sakit//
Penyair lain yang bersemangat membacakan puisi antara lain; Endang Supriyadi (Jakarta), Sulis Bambang (Semarang), Ardi Susanti (Tulungangung), Hilda Rumambi (Palu), Ayu C (Tangerang), Acep Syahril (Indramayu). Tampak pula Beni Setia hadir di Gedung DPRD, tempat pembacaan puisi berlangsung.
Para penyair ini pasca gerakan di Tegal akan membacakan puisi-puisinya di Banjar Baru Kalimantan Selatan, 28 Juni 2013. Penyair gaek asal kota itu, Arsyad Indradi yang juga membacakan puisi di Blitar bersemangat membawa missi penolakan korupsi di sana. Wakil Menteri Hukum dan HAM Deny Indrayana bahkan siap hadir dalam acara itu dan berdiskusi dengan para penyair. Dari Banjar Baru gerakan Puisi Menolak Korupsi ini sedianya akan bergulir di Gedung KPK di Jakarta, Juli mendatang.
AYU CIPTA
Terhangat:
Penembakan Tito Kei | Tarif Baru KRL | Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Membangkang | Ahmad Fathanah
Baca juga:
Geng Sopir Angkot 'The Doctor' Lakukan Pembunuhan
Ruhut Tantang PKS Keluar dari Koalisi
Lawan Belanda, Timnas Indonesia Latihan Perdana
Usai Kunjungan Priyo, Kalapas Sukamiskin Ditegur