TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Priyo Budi Santoso mengaku tengah mendapat tekanan berat dari dalam dan luar partainya. Pernyataan politikus Partai Golkar ini menanggapi pemberitaan media atas kunjungannya ke Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, Bandung, Sabtu, pekan lalu.
"Saya agak sedih juga, ada segelintir teman pimpinan teras di dalam (partai) saya, yang seperti sengaja menggerakkan pemberitaan dan seterusnya," kata Priyo di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 3 Juni 2013. "Tapi ya, tidak apa-apa."
Namun, menurut Priyo, jika ada yang ingin mengganti posisinya di manapun yang ia tempati saat ini, semestinya dilakukan dengan cara yang baik. "Sebentar lagi Pemilu. Tinggal setahun lagi, silakan," ujarnya. Ia mengatakan, cara-cara yang dialaminya saat ini tentu membuat kondisi menjadi tidak enak.
"Apalagi selama ini saya dikenal sebagai orang baik, santun, enggak pernah ngeriweti orang lain," ucap Priyo. Ia mengaku tahu persis apa yang saat ini tengah dia alami. "Tapi, ya, ini mungkin risiko saya."
Meski begitu, semestinya harus ada tata krama dari seorang teman terhadap dirinya yang sedang disorot dalam kasus korupsi. "Minimal doa-lah," katanya. "Jangan malah justru ikut mendorong-dorong, menggerakkan pada aspek pemberitaan."
Priyo diberitakan mengunjungi saksi kasus dugaan korupsi proyek alat laboratorium madrasah tsanawiyah dan pengadaan Al-Quran, Fahd El Fouz atau Fahd A. Rafiq, di penjara Sukamiskin, Bandung, Sabtu pekan lalu. Ia dikabarkan masih berada di penjara khusus terpidana koruptor itu meski jam besuk berakhir pada 11.30 WIB. (Baca: Priyo Budi Akan Dipanggil Badan Kehormatan DPR)
Nama Priyo kerap disebut dalam persidangan dua terpidana kasus ini, yaitu Zulkarnaen Djabar dan Dendy Prasetya, yang masing-masing divonis hukuman penjara 15 tahun dan 8 tahun pada 30 Mei 2013. Dalam putusannya, majelis hakim juga menyebut inisial nama Priyo, yaitu PBS, sebagai orang yang menerima komisi dari proyek itu sebesar 1 persen.
Priyo menegaskan tak terkait dengan proyek pengadaan Al-Quran lantaran Kementerian Agama tidak berada di bawah koordinasinya. "Bidang saya adalah masalah hukum, politik, dan keamanan. Komisi satu, dua, tiga," katanya.
Priyo juga mengaku tak pernah berbicara dengan Menteri Agama Suryadharma Ali untuk membahas proyek pengadaan tersebut. "Betul-betul saya tidak tahu mengenai masalah itu," ujar dia. Priyo optimistis Komisi Pemberantasan Korupsi bekerja profesional tanpa ada desakan melalui pemberitaan yang dinilainya "terkonsolidasi".
PRIHANDOKO
Berita Terhangat
Mahfud MD: Koruptor, Otak Pandai Hati Tumpul
Priyo Budi Akan Dipanggil Badan Kehormatan DPR
KPK Telusuri Dugaan Korupsi Wakil Menteri Wiendu