TEMPO.CO, Jakarta - Franz Magnis-Suseno melepaskan surat elektronik kepada The Appeal of Conscience Foundation (ACF) di New York, yang menggegerkan jagat maya, Rabu tiga pekan lalu.
Profesor filsafat dan padri Yesuit itu mempertanyakan keputusan yayasan ini menganugerahkan World Statesman Award kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono--yang diterima Presiden pada 30 Mei 2013 lalu di New York. ACF adalah yayasanyang mempromosikan perdamaian, demokrasi, toleransi, serta dialog antarkepercayaan.
Baca Juga:
Dalam surat elektronik tersebut, Magnis bertanya kepada ACF, apa motivasi mereka memberikan penghargaan itu: “Bagaimana bisa Anda memutuskan ini tanpa bertanya kepada rakyat Indonesia?”
Ahli filsafat etika yang giat mengikuti problem hak asasi manusia serta dialog antarkepercayaan ini mengaku amat prihatin pada meningkatnya tindak kekerasan terhadap warga Ahmadiyah dan Syiah. Kasus Gereja Yasmin yang tak kunjung usai juga dicontohkan Magnis sebagai bukti bahwa tekanan pada kaum minoritas tak pernah selesai.
Presiden, sebagai pemimpin rakyat Indonesia, menurut Magnis, tak meresponsnya dengan tanggung jawab sepadan. Maka, “Melalui keputusan pribadi, saya menulis surat itu,” ujarnya seperti dimuat Majalah Tempo edisi 3 Juni 2013.
Pro dan kontra serta-merta bermunculan dari dalam dan luar negeri. (Baca juga: Pendukung Award untuk SBY Dibayar US$ 100). Di media sosial, muncul petisi yang mendesak ACF membatalkan penganugerahan itu. Sebaliknya, tak sedikit pula orang yang meradang oleh cercaan Magnis--terutama dari lingkar dalam Istana Negara. Lewat akun Twitter, Sekretaris Kabinet Dipo Alam mengatakan umara, ulama, dan umat Islam di Indonesia secara umum sudah baik. “Mari lihat ke depan, tidak baik pimpinannya dicerca oleh yang nonmuslim FMS (Franz Magnis-Suseno).”
Magnis menilai reaksi keras terhadap suratnya adalah hal wajar. “Saya keras, mereka juga berhak keras,” dia menegaskan. Kalimat-kalimat “amarah” dalam surat itu, menurut Magnis, bukan tanpa sebab. Dia mengakui situasi menjalankan kebebasan beragama di Indonesia cukup baik. Tapi kondisi baik ini bakal terancam jika pembiaran terhadap kekerasan dalam kehidupan beragama--yang sudah terjadi--terus berjalan.
TIM MAJALAH TEMPO
Topik terhangat:
Penembakan Tito Kei | Tarif Baru KRL| Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Vs KPK
Berita lainnya:
Wakil Menteri Pendidikan Wiendu Diduga Korupsi
John Kei Hanya Boleh Layat Anak atau Orang Tua
9 Skenario Kiamat Versi Ilmuwan