TEMPO.CO, Bandung - Pada sekitar 1986, persaingan antar geng motor di kota Bandung hanya di arena balap saja. Namun semakin hari semakin menjadi, sehingga di awal 1990-an mereka sering bentrok dengan rivalnya di jalanan.
“Tapi kami tidak pernah mengganggu masyarakat,” kata seorang senior geng motor XTC yang sudah bergabung sejak 1994, Juanda Setiawan, akhir Mei lalu. Juanda yang biasa disapa Iyang ini menjelaskan, XTC memilih tempat yang jauh dari masyarakat jika ingin bertarung dengan rivalnya.
Dia menambahkan, persaingan antar geng motor di Bandung semakin kompetitif, bukan lagi sekadar adu fisik. Iyang mengatakan pernah pernah menemukan kasus tentang seorang pemuda yang ditangkap karena menjambret tas seorang pengendara jalan.
Ketika ditanya polisi, pemuda itu mengaku anggota geng motor XTC. "Padahal dia adalah anggota geng motor yang sudah lama menjadi rival XTC," ujarnya. Iyang melanjutkan, kalaupun ada tindak kriminalitas atau pelecehan seksual yang dilakukan anggota XTC, itu bukanlah urusan organisasi. "Itu tanggung jawab pribadi," ujarnya.
Pada 2004 Iyang merasa gundah saat mendengar kabar mengenai kekerasan yang dilakukan geng motor di Bandung. Sayang dia tak dapat berbuat apapun karena sedang berkerja di Jepang selama 4 tahun.
Namun sepulangnya dari Negeri Sakura, Iyang merombak XTC yang namanya terlanjur rusak di mata masyarkat. Pada 2008, dia bekerja sama dengan polisi untuk memudahkan penelusuran jika ada anggotanya yang melanggar hukum. “Kami menindak tegas anggota yang melakukan
tindak kriminal,” kata Iyang.
PERSIANA GALIH
Topik terhangat:
Tarif Baru KRL | Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Vs KPK | Vitalia Sesha |Fathanah
Berita lainnya:
Jenazah Tito Kei Dilarang Diotopsi
Polisi: Tito Kei Sudah Lama Diincar
Penembak Tito Kei Berjaket Hitam dan Pakai Helm