Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Unhan: Indonesia Harus Waspada Perang Cyber

Editor

Fanny Febiana

image-gnews
Armada Angkatan Laut berjaga di Pantai sangatta ketika melakukan Bantuan Tembakan Kapal dalam Latihan Puncak Armada Jaya di Pantai Sekerat, Sangatta, Kalimantan Timur, Kamis (10/11). Latihan Armada Jaya yang akan berakhir pada tangal 16 November 2011 bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya konflik di daerah Alur Laut Kepulauan Indonesia yang merupakan perbatasan dengan negara tentangga dengan melibatkan 4000 ribu personil AL, 23 kapal Perang, 3 pesawat cassa, 3 Helikopter, 1600 pasukan Pendarat Marinir, dan 93 kendaraan Tempur. TEMPO/Seto Wardhana
Armada Angkatan Laut berjaga di Pantai sangatta ketika melakukan Bantuan Tembakan Kapal dalam Latihan Puncak Armada Jaya di Pantai Sekerat, Sangatta, Kalimantan Timur, Kamis (10/11). Latihan Armada Jaya yang akan berakhir pada tangal 16 November 2011 bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya konflik di daerah Alur Laut Kepulauan Indonesia yang merupakan perbatasan dengan negara tentangga dengan melibatkan 4000 ribu personil AL, 23 kapal Perang, 3 pesawat cassa, 3 Helikopter, 1600 pasukan Pendarat Marinir, dan 93 kendaraan Tempur. TEMPO/Seto Wardhana
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Rektor Universitas Pertahanan, Letnan Jenderal Subekti, mengatakan saat ini potensi ancaman perang dari luar negeri sudah banyak bergeser. Dia meyakini ancaman perang sudah sangat kecil kemungkinannya. "Ancaman perang beralih secara nonfisik atau disebut perang cyber, ini tren baru," kata Subekti di kampus Unhan, jalan Kenari, Jakarta Pusat, Rabu, 29 Mei 2013.

Negara-negara kuat, dia melanjutkan, sudah tidak perlu repot-repot mengerahkan kekuatan militer penuh untuk menghancurkan negara musuh. Cukup menggunakan smart power untuk menyerang sendi-sendi vital negara musuh seperti ideologi, hingga sosial budaya. "Cara menyerang bisa melalui media sosial, internet, atau teknologi informasi lain," kata dia.

Subekti mengklaim, saat ini Indonesia sudah siap menghadapi ancaman perang 'cyber'. Salah satu bukti, Kementerian Pertahanan sudah punya badan anti perang 'cyber' untuk melindungi data-data strategis. Pemerintah juga sudah punya skema perlindungan ideologi dan sosial budaya dari ancaman laten perang 'cyber' negara lain. "Kami juga segera punya badan nasional perang 'cyber', untuk semakin memperkuat diri."

Mantan Pangdam VI/Mulawarman ini menambahkan Indonesia sudah beberapa kali mendapat ancaman perang 'cyber'. Sebagai contoh, ada upaya pembelokan ideologi negara, provokasi konflik sosial budaya masyarakat Indonesia, hingga masuknya berita, foto dan konten porno yang mengancam moral bangsa. Namun saat disinggung asal-muasal negara pengirim serangan nonfisik ini, Subekti bungkam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

INDRA WIJAYA

Topik terhangat:
Tarif Baru KRL
 | Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Vs KPK | Vitalia Sesha Fathanah

Berita lainnya:
Hubungan Ahmad Dhani dan Mulan Mulai Terbuka

Cara KPK Sindir Darin Mumtazah

Jokowi Bisa Miliki Bass Metallica, Asalkan...

Bebi Romeo Masih Terbawa X Factor Indonesia

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kopassus Buka Ekspedisi NKRI 2017, Pendaftaran Secara Daring  

22 Mei 2017

TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Kopassus Buka Ekspedisi NKRI 2017, Pendaftaran Secara Daring  

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat kembali membuka pendaftaran calon peserta Ekspedisi NKRI 2017.


Konflik Papua, Ray Rangkuti Minta Peran TNI Dibatasi  

5 Oktober 2016

Pangkostrad TNI Letjen Edy Rahmayadi memberi arahan kepada Prajurit Batalion Infantri Para Raider 330 Kostrad saat akan diberangkatkan dalam Satgas Pam (Pengamanan) perbatasan RI-Papua Nugini melalui Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta, 9 Mei 2016. TEMPO/Subekti
Konflik Papua, Ray Rangkuti Minta Peran TNI Dibatasi  

Seharusnya TNI tidak dapat turun tangan dalam mengatasi konflik di tanah tersebut.


Ini Kata Kapolri tentang Penyelesaian Pelanggaran HAM Papua  

25 April 2016

Sejumlah mahasiswa Papua yang tergabung dalam forum Mahasiswa peduli Rakyat Papua, menggelar Aksi Unjuk Rasa di depan Monumen Pembebasan Irian Barat di Makassar, Sulsel, 10 Oktober 2015. Dalam Aksinya mereka meminta kepada pemerintah Jokowi-JK, menyelesaikan kasus-kasus HAM yang terjadi di Papau dan membuka ruang demokrasi bagi rakyat papua. TEMPO/Iqbal Lubis
Ini Kata Kapolri tentang Penyelesaian Pelanggaran HAM Papua  

Ada dua cara penyelesaian: pertama, dengan pendekatan politis; dan kedua, dengan pendekatan hukum.


BIN Sebut 20 Penembakan di Papua Selama 2015  

9 Februari 2016

Kepala BIN Letjen (Purn) Sutiyoso. TEMPO/Imam Sukamto
BIN Sebut 20 Penembakan di Papua Selama 2015  

Pemerintah menegaskan bahwa tindakan tegas tetap harus ada.


Penyerangan Polsek Sinak, TNI AD Tingkatkan Kewaspadaan  

28 Desember 2015

TEMPO/ Machfoed Gembong
Penyerangan Polsek Sinak, TNI AD Tingkatkan Kewaspadaan  

TNI Angkatan Darat juga menyiagakan intelijen untuk pencegahan dini serangan lanjutan.


Kenapa Kasus Kekerasan Militeristik Terus Menguat di Papua?

7 September 2015

Para korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu. Mereka rata-rata menderita luka tembak di bagian kaki dan tangan terkena serphan peluru. Dari 11 orang yang jadi korban tertembak, ada enam yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dok 2 Kota Jayapura, Papua, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Kenapa Kasus Kekerasan Militeristik Terus Menguat di Papua?

Menurut Komnas HAM, hampir setiap minggu terjadi kasus kekerasan di Papua.


Mahasiswa Berdemo Tuntut Jokowi Tarik Militer dari Papua  

4 September 2015

Seorang mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa Papua berorasi saat menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Kota Malang, Jawa Timur, 24 Juni 2015. Dalam aksinya mereka menuntut pemerintah Indonesia untuk memberikan hak dan kebebasan menentukan nasib masyarakat Papua tanpa adanya intervensi dari militer serta menuntastan kejahatan kemanusiaan di tanah Papua. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Mahasiswa Berdemo Tuntut Jokowi Tarik Militer dari Papua  

Para mahasiswa yang berdemo mengingatkan Jokowi kalau jumlah rakyat Papua yang terbunuh sejak 1 Mei 1963 mencapai 500 ribu jiwa.


TNI Tembak Warga di Timika, Ini Kronologi Versi Warga  

28 Agustus 2015

Prajurit TNI berjaga di kawasan Bandara Mulia, Puncak Jaya, Papua, (16/11). Wilayah tersebut memang kerap mengalami gangguan keamanan. ANTARA/Andika Wahyu
TNI Tembak Warga di Timika, Ini Kronologi Versi Warga  

Penembakan itu dilakukan dua pemuda mabuk yang belakangan diketahui anggota TNI di Mimika


Anak-anak Papua Akan Disekolahkan di Bandung  

14 Agustus 2015

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Gubernur Papua Lukas Enembe dan Ketua Lembaga Masyarakat Adat Papua (LMA) Lenis Kogoya (kanan) meletakkan batu pertama pembangunan pasar Praha, Sentani, Jayapura, 28 Desember 2014. Dalam kunjungan kerjanya di Papua ini, Jokowi melakukan peletakan batu pertama pembangunan pasar di Papua yang dipusatkan di pasar Praha Sentani, Kabupaten Jayapura. ANTARA/Evarukdijati
Anak-anak Papua Akan Disekolahkan di Bandung  

Staf Khusus Presiden Jokowi untuk urusan Papua ingin memboyong anak-anak Papua belajar sampai sarjana di Bandung.


KSAD: Kodam Baru di Papua Selesai Januari 2016

30 Mei 2015

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Gatot Nurmantyo, beri keterangan pers usai Rapat Pimpinan TNI AD, di Balai Kartini, Jakarta, 8 Januari 2015. TEMPO/Imam Sukamto
KSAD: Kodam Baru di Papua Selesai Januari 2016

Nama Kodam baru di Papua belum ditentukan. Penetapan nama diserahkan pada masyarakat Papua.