TEMPO.CO, SLEMAN-Jalanan beraspal di lereng Gunung Merapi banyak yang rusak, bahkan hancur. Jalanan yang rusak itu merupakan jalur transportasi truk-truk pasir dari sungai menuju luar daerah. Kerusakan ditengarai akibat melintasnya ribuan truk bermuatan pasir setiap hari. Bahkan, ada dugaan, banyak truk pasir yang melebihi muatan.
Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Pemukiman mengajukan dana sebesar Rp 100 miliar untuk perbaikan jalan aspal tersebut. "Dana diusulkan karena pemasukan dari pasir jauh di bawah anggaran untuk perbaikan jalan," kata Kepala Binamarga Dinas Pekerjaan Umum dan Pemukiman Sleman, Mirza Anfansyuri, Rabu, 29 Mei 2013.
Ironisnya, jalur-jalur yang rusak itu justru berada di pemukiman warga korban erupsi Merapi yang sudah tinggal di hunian tetap. Kerusakannya pun sangat parah akibat digunakan jalur penambangan pasir.
Usulan dana perbaikan baru diajukan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Apalagi, pemasukan dari normalisasi sungai akibat penambangan pasir tidak mencukupi untuk perbaikan jalan.
Jalanan beraspal yang rusak, di antaranya, di Jambu menuju Kepuharjo, Prambanan menuju Klangon, dan Kopeng menuju Wukirsari. Kerusakan jalan itu, selain akibat erupsi Merapi 2010, juga karena dilewati kendaraan pengangkut truk pasir para penambang di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berhulu Merapi. "Anggaran sudah diajukan sejak 2012. Namun, sampai saat ini belum ada kejelasan," ujar Mirza.
Camat Cangkringan, Bambang Nurwiyono mengatakan, jalan yang cukup parah berada di Kepuharjo, yaitu Kepuh-Jambu-Kopeng; Glagaharjo, yaitu Jetisumur dan Srunen. Di jalur itu, ada hunian tetap pengungsi Merapi yaitu Gondang, Jetisumur, Pagerjurang, dan Banjarsari. "Memang kerusakannya parah," kata Bambang.
MUH SYAIFULLAH