TEMPO.CO, Jakarta-Nama-nama besar dari dunia hak-hak asasi manusia, perdamaian, dan kebebasan berbicara ada dalam daftar pemenang the Gwangju Human Rights Award sejak tahun 2000. (Lihat juga: Tempo Raih Anugerah Khusus di Forum HAM Dunia)
Bekas Presiden Timor Leste Kay Rala Xanana Gusmao, 67 tahun, menjadi pemenang pertama. Dan Mung Jeong-hyeon dari Republik Korea, seorang padri Katolik adalah lauret pada 2012. Pastor Mung, sangat dikenal melalui perjuangannya melindungi rakyat kecil di masa-masa puncak kediktatoran di Republik Korea pada periode 1970 – 1980-an. Perjuangannya membuat dia dijuluki Malaikat Penjaga HAM Desa Gangjeong—Jeju, yang warganya banyak dibunuh dan dikirim ke penjara tanpa pengadilan.
Baca Juga:
Berikut daftar lengkap 12 penerima the Gwangju Prize for Human Rights sebelum Tempo:
2000: Xanana Gusmão, Timor Leste – Pejuang HAM dan presiden pertama Timor Leste sejak negeri itu lepas dari Indonesia pada 2002.
2001: Basil Fernando, Hong Kong: Penyair, penulis, aktifis senior hak asasi manusia—dan pernah Komisi HAM Asia dengan berhasil
2002: Korea
Korean Association of Bereaved Families for Democracy, Korea
2003: Sri Lanka
Dandeniya Gamage Jayanthi—aktifis yang membantu menggerakan pencarian ribuan warga Sri Lanka yang hilang selama perang sipil di negeri itu. Dia juga bekerja di Free Trade Zone
2004: Myanmar
Aung San Suu Kyi, pejuang demokrasi dan kebebasan berbicara, pemimpin oposisi nasional Myanmar
2005: Indonesia:
Wardah Hafidz, aktifis kaum miskin kota dan pendiri Urban Poor Consortium
2006: Afganistan dan Thailand
Malalai Joya—aggota National Assembly Afganistan, pejuang hak-hak kaum wanita dan Angkhana Neelaphaijit, Thailand, aktifis penegakan keadilan dan hak-hak orang hilang.
2007 India:
Irom Chanu Sharmila—dijuluki Wanita Besi dari Manipur, juga seorang pejuang hak-hak sipil dan penyair. Dia berbagi hadiah bersama pemenang lain yang juga dari India: Lenin Raghuvanshi. Berasal dari keluarga berkasta tinggi di wilayah Varinasi, Lenin dan istrinya Shruti banyak berjuang membantu rakyat kecil yang mengalami kekerasan dari penguasa, militer, dan polisi.
2008: Pakistan
Muneer A. Malik, pengacara dan pejuang demokrasi terutama di bawah pemerintah Jenderal Zia ul-Hag yang amat represif
2009: Myanmar
Min Ko Naing –tokoh perlawanan terhadap pemerintahan junta. Dia turut memimpin demontrasi rakyat dan mahasiswa pada Kerusuhan 1988 di mana militer membunuh banyak warga sipil dan mahasiswa
2010: Nepal:
Sushil Pyakurel—mantan anggota Komisi HAM Nepal dan pendiri organisasi hak asasi pertama di Nepal,Forum for the Protection of Human Rights
2011: India -Binayak Sen
2012: Korea - Mun Jeong Hyeon
Topik terhangat:
PKS Vs KPK | E-KTP | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh
Berita lainnya:
EDISI KHUSUS Cinta dan Wanita Ahmad Fathanah
Dengar Pengakuan Maharani, Perasaan Sefti Hancur
Selingkuh, Begini Fathanah Minta Maaf
Cerita Sopir Fathanah Soal Paket Duit ke Luthfi