TEMPO.CO, Tulungagung - Sebanyak 100 massa tiba-tiba melempari musholla milik jamaah Ahmadiyah di Desa Gempolan, Kecamatan Pakel, Tulungagung, hingga hancur berantakan, Kamis 16 Mei pukul 21.30 WIB. Massa dari Desa Gempolan yang dibantu beberapa pemuda desa sekitar. "Kejadiannya spontan dan dilakukan anak muda," kata Sarijan, Ketua RT 03 RW 02 Desa Gempolan yang rumahnya berdekatan dengan musholla itu, Jumat 17 Mei 2013.
Massa itu menyerang dengan batu dan bata secara membabi buta ke arah musholla yang di dalamnya terdapat pengurus Ahmadiyah Tulungagung sekaligus pengelola musholla, Japar. Pria berusia 45 tahun itu tengah mematikan lampu musholla saat ratusan batu melayang ke dalam tempat ibadah. Beruntung Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Desa Gempolan Imam Muslim bergegas menariknya keluar musholla dan mengamankan ke dalam rumah.
Akibat aksi itu, musholla berukuran 8x10 meter tersebut hancur berantakan. Hampir seluruh kacanya pecah. Menurut pantauan Tempo, ratusan batu dan bata berserakan di dalam dan di luar musholla. Batu-batu itu juga terdapat di bagian imam. Sebuah sarung tergantung di daun pintu dalam kondisi robek-robek bekas ditarik.
Menurut Sarijan, tidak ada korban jiwa maupun luka dalam aksi tersebut. Sebelumnya terdapat tiga jamaah Ahmadiyah yang berada di tempat itu. Mereka adalah pengurus Ahmadiyah Tulungagung Japar, perintis Ahmadiyah di Desa Gempolan Edi Susanto, serta pensyiar dari Bogor Rizal Fazli Mubarrok.
Namun saat massa mulai memanas, Edi Susanto dan Rizal sudah lebih dulu diamankan polisi. Sedangkan Japar masih berada di musholla untuk menutup pintu dan mematikan lampu. Dia tidak ikut meninggalkan lokasi karena rumahnya hanya berjarak 10 meter dari musholla yang dibangun diatas tanah wakaf keluarganya.
Menurut Sarijan, warga sudah lama terlibat permusuhan dan tidak menerima keberadaan musholla itu. Malam itu adalah puncak kekesalan mereka setelah permintaan menutup tempat ibadah diabaikan pengurus Ahmadiyah. "Mereka justru membangun lebih besar," terangnya.
HARI TRI WASONO
Topik terhangat:
PKS Vs KPK | E-KTP | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh
Berita lainnya:
Indoguna Akui Setor Uang ke PKS
Fathanah Akui Indehoy dengan Maharani
Fathanah Ketahuan Curi Dokumen KPK
Cerita Dewi Queen of Pantura, Soal Sawer Pejabat