TEMPO.CO, Denpasar -Hingga enam jam setelah ditangkap Polisi Air Kepolisian Daerah Bali pada Ahad, 12 Mei 2013, para imigran gelap asal Timur Tengah masih menolak turun dari kapal. Hanya belasan dari mereka berhasil dibujuk untuk keluar dan didata oleh pihak imigrasi.
Sedangkan sisanya masih berkeras tetap berada di dalam palka kapal – bagian bawah kapal untuk menempatkan barang dan ikan-, meski kondisinya amat tak layak. Hawa dalam palka kapal sudah mulai panas. Kapal yang tidak bergerak membuat tidak ada hembusan angin yang bertiup.
Namun, sebagian besar dari para imigran gelap yang ditemukan di Perairan Selat Badung, Bali ini, tetap memilih untuk berada di sana. Ada yang kipas-kipas, mengobrol, ada pula yang mencoba memejamkan mata. Mereka meninggalkan palka hanya untuk membuang air dengan tetap diawasi petugas.
“Petugas jahat. Di sini banyak anak-anak,” kata Marin, seorang imigran. Marin mengatakan petugas tidak memperlakukan mereka seperti manusia, karena tidak memberikan makanan maupun minuman.
“Kami hanya ingin berlibur, itu saja,” kata Marin. Namun, dia tidak menjelaskan liburan seperti apa di mana liburan yang dimaksud.
Adapun imigran yang telah didata petugas imigrasi juga belum mendapatkan jatah makanan dan minuman.
Dari beberapa passpor yang telah didata, imigran ini berasal dari Iran dan tiba di Bali pada 23 April 2013.
KETUT EFRATA