TEMPO.CO, Makassar - Massa demonstran Makassar tidak hanya mengusung isu Hari Buruh Internasional atau May Day saja, di 1 Mei 2013. Ratusan mahasiswa juga ikut turun ke jalan untuk menolak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM. Tergabung dalam Gerakan Aktivis Mahasiswa, mereka sempat memblokir dua jalur di pertigaan Jalan AP Pettarani-Hertasning. Hingga arus lalu lintas lumpuh total.
Dalam unjuk rasa itu, mahasiswa juga menahan sejumlah truk dan menjadikannya panggung orasi. Kemudian menggelar teaterikal berupa pembakaran tiga keranda. Masing-masing usungan mayat tertempel gambar wajah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, serta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik.
"Pembakaran itu dimaksudkan sebagai simbol matinya hati nurani pemimpin negara," kata koordinator lapangan, Rahmat Hardiansyah. Menurut demonstran, SBY dan bawahannya gagal membela hak-hak rakyat. Termasuk soal rencana kenaikan harga BBM. "SBY harus turun dari jabatannya," kata Rahmat.
Dalam demo tiga gelombang itu, pukul 10.00; pukul 12.00; dan pukul 14.00; Koordinator Aliansi Mahasiswa Makassar, Asri Jack mengatakan, kelompoknya menolak kenaikan BBM. Apapun alasannya. Menurut Asri, tugas utama pimpinan negara adalah menyelamatkan rakyat, bukan menyelamatkan APBN dengan mengkorbankan rakyat. "Kebutuhan masyarakat akan turut naik jika BBM naik," kata dia.
Selain di Jalan AP Pettarani, sejumlah mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Makassar dan Universitas Muhammadiyah juga menggelar demonstrasi di Jalan Sultan Alauddin. Akibatnya, arus lalu lintas dari dan menuju jalan itu terhambat. Rencananya, unjuk rasa serupa akan terus digelar hingga pemerintah membatalkan niat menaikkan harga BBM.
AAN PRANATA
Topik Terhangat:
Harga BBM | Susno Duadji | Gaya Sosialita | Ustad Jefry | Caleg
Berita Terpopuler:
Pengedar Sabu itu Ternyata Perwira Berprestasi
VIDEO Susno Duadji: Saya Tak Akan Lari
Jaksa Waspadai Pengawalan Bersenjata Susno
Kolonel ASB Memakai Sabu Sejak 2004
SBY: Harga BBM Naik kalau Ada Dana Kompensasi