Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Salahkan Preman di Cebongan Bisa Kaburkan Masalah

Editor

Yuliawati

image-gnews
Petugas Brimob bersenjata laras panjang berjaga di depan Lapas IIB Cebongan, kabupaten Sleman, Yogyakarta (23/3). Segerombolan orang bersenjata laras panjang telah menyerbu Lapas Cebongan dan membunuh 4 orang tersangka pembunuhan Sertu Santoso. TEMPO/Suryo Wibowo
Petugas Brimob bersenjata laras panjang berjaga di depan Lapas IIB Cebongan, kabupaten Sleman, Yogyakarta (23/3). Segerombolan orang bersenjata laras panjang telah menyerbu Lapas Cebongan dan membunuh 4 orang tersangka pembunuhan Sertu Santoso. TEMPO/Suryo Wibowo
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta -  Pengamat media mengkhawatirkan perkembangan wacana yang belakangan ini muncul di masyarakat pasca peristiwa penembakan di lembaga pemasyarakatan Cebongan, Sleman. Pergeseran isu dari pelanggaran HAM atas penembakan empat tahanan menjadi wacana pemberantasan preman dan dukungan terhadap Kopassus, telah mengaburkan masalah utama.  

"Pergeseran isu itu tampak dari beberapa aksi dukungan pemberantasan preman, pemasangan spanduk, hingga mobilisasi dukungan dan pujian terhadap Kopassus melalui jejaring sosial," kata pengamat media dari Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta Lukas Ispandriyarno.

Lukas menjadi salah satu pembicara dalam diskusi bertema 'Penyerangan Lapas Cebongan: antara Fakta, Hidden Agenda dan Framing Media' di sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Selasa (9/4) malam.

Berdasarkan pengamatan Tempo, sejumlah spanduk ramai menghiasi sudut-sudut persimpangan jalan di kawasan kota Yogyakarta. Seperti di pojok perempatan kantor Pos Besar Yogyakarta yang berdampingan dengan pos polisi ada spanduk bertuliskan I Love Kopassus, I Love Polri, Rakyat-TNI Bersatu Berantas Preman Termasuk yang Berkedok Agama, Terimakasih Kopassus Yogyakarta Aman Preman Minggat, Premanisme Bukan Sifat Asli Orang Yogya Pergi atau Kita Usir, juga Basmi Preman Termasuk yang Berkedok Agama Sampai Seakarnya.

Menurut Lukas wacana yang berkembang terutama di Yogyakarta ini berbahaya. "Jangan-jangan Yogyakarta dikuasai militer karena terstruktur. Publik juga enggak berani bersikap, rata-rata setuju pemberantasan preman," kata Lukas.

Selain soal pemberantasan preman, dia menyoroti pemuatan jargon-jargon TNI untuk mengangkat citra Kopassus melalui media. Jargon yang ditampilkan media seperti ksatria, bawahan, korsa, spontan. "Itu diucapkan tim dalam pengumuman yang sangat cepat. Kelihatan sekali kalau di-framing," kata Lukas.

Sementara itu, peneliti konflik dari Pusat Studi Konflik dan Perdamaian (PSKP) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Najib Azka menilai ada upaya sistematis untuk mengembangkan opini tentang pemberantasan premanisme di Yogyakarta. "Media diarahkan ke sana (isu premanisme) ketimbang upaya pengungkapan dan proses peradilan yang adil," kata Najib.

Pengaruh ini, katanya masyarakat menjadi saling tuding. Wacana yang berkembang di antaranya mempertanyakan apakah penembakan empat tahanan yang  mengeroyok anggota Kopassus Sersan Kepala Heru Santosa hingga tewas itu layak disebut pelanggaran HAM berat atau sebaliknya. Najib menjelaskan, bahwa pelaku pelanggaran HAM adalah negara. "Empat tahanan itu ditembak mati di dalam penjara karena tak ada perlindungan keamanan dari negara sebagai pemegang otoritas," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sedangkan pengeroyokan yang dilakukan empat tahanan terhadap Heru adalah pelanggaran hukum atau tindakan kriminal antar publik. "HAM masih jadi isu yang asing bagi khalayak. Jadi jangan hanya melawan preman jalanan, tapi juga berantas preman berseragam," kata Najib.

Lukas juga mengingatkan media untuk mengawal hasil penyidikan polisi atas kasus penembakan itu. "Penyidikan adalah tugas polisi. Media harus menagih hasil kerja polisi," kata Lukas.

Menurut Lukas, hal-hal yang perlu dikejar jurnalis di lapangan misalnya: apa yang telah dilakukan dan harus dilakukan polisi, apa hasil sketsa wajah pelaku cocok atau tidak dengan pelaku versi TNI AD, apa hasil uji balistik peluru. Khalayak, katanya tidak perlu menunggu persidangan terhadap para pelaku, melainkan publik mengetahui apa yang sebenarnya terjadi itu merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat.

"Jangan sampai hasil kerja media (mengumpulkan data dan fakta) hilang gara-gara pengumuman tim TNI itu. Publik menunggu media mengungkapnya," kata Lukas.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Topik terhangat:

Partai Demokrat
| Agus Martowardojo | Serangan Penjara Sleman | Harta Djoko Susilo | Nasib Anas

Berita lainnya:
Tengok Cuitan Anas Urbaningrum Soal SMS 
Mantan Pangdam IV: Komnas HAM Jangan Didengar 

SBY: 1.000 Persen Ibu Ani Tak Terlibat Hambalang 

Dirut MRT Irit Bicara, Ahok: Bagus Dong!

'SBY Tak Percaya Orang Lain Selain Dirinya Sendiri'

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Bentrok TNI Vs Brimob di Sorong, Kapolda Papua: Masalah Sepele, Perkelahian Antaroknum

1 hari lalu

Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri berjalan usai mengikuti rapat koordinasi terkait kondisi terkini di Papua pasca penangkapan Gubernur non aktif Lukas Enembe, di gedung KPK, Jakarta, Selasa, 7 Februari 2023. Berdasarkan hasil rapat tersebut, Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan bahwa kondisi Papua aman dan damai pascapenangkapan Lukas Enembe. TEMPO/Imam Sukamto
Bentrok TNI Vs Brimob di Sorong, Kapolda Papua: Masalah Sepele, Perkelahian Antaroknum

Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri mengatakan bentrok TNI Vs Brimob di Sorong tak menganggu kondisi keamanan Papua secara keseluruhan.


Bentrok TNI AL dan Brimob di Sorong, Pengamat Singgung Cara Pandang Keliru tentang Jiwa Korsa

1 hari lalu

Suasana di Kota Sorong saat TNI AL bentrok dengan Brimob Polri. TEMPO/Istimewa
Bentrok TNI AL dan Brimob di Sorong, Pengamat Singgung Cara Pandang Keliru tentang Jiwa Korsa

Menurut Al Araf, TNI dan Polri harus mengubah pola pikir tentang jiwa korsa untuk menghentikan bentrok TNI vs Polri yang kerap terjadi.


Bentrok Brimob-TNI AL di Papua Dinilai Memalukan, Kompolnas: Jiwa Korsa yang Kebablasan

2 hari lalu

Suasana di Kota Sorong saat TNI AL bentrok dengan Brimob Polri. TEMPO/Istimewa
Bentrok Brimob-TNI AL di Papua Dinilai Memalukan, Kompolnas: Jiwa Korsa yang Kebablasan

Kompolnas menyebut bentrokan antara anggota Brimob dan TNI AL di Sorong, Papua Barat, peristiwa yang memalukan


Pengamat Sebut Bentrok TNI vs Polri di Sorong Tak Boleh Dianggap Hanya karena Salah Paham, Ini Alasannya

2 hari lalu

Suasana di Kota Sorong saat TNI AL bentrok dengan Brimob Polri. TEMPO/Istimewa
Pengamat Sebut Bentrok TNI vs Polri di Sorong Tak Boleh Dianggap Hanya karena Salah Paham, Ini Alasannya

Polda Papua Barat akan menyelidiki penyebab terjadinya bentrok TNI vs Polri di Sorong.


Anggota Komisi I DPR Minta Bentrok Anggota TNI AL dan Brimob di Sorong Diselidiki

3 hari lalu

Suasana di Kota Sorong saat TNI AL bentrok dengan Brimob Polri. TEMPO/Istimewa
Anggota Komisi I DPR Minta Bentrok Anggota TNI AL dan Brimob di Sorong Diselidiki

Diduga kuat terjadi salah paham antara anggota Brimob dan Pomal TNI AL di Pelabuhan laut Sorong, Ahad lalu.


Bentrok Brimob-TNI AL di Sorong, Dua Komandan Turun Tangan Dalam Penyelidikan

3 hari lalu

Kapolda Papua Barat Inspektur Jenderal Polisi Johnny Eddizon Isir saat konferensi pers di Manokwari. Foto: ANTARA/Fransiskus Salu Weking
Bentrok Brimob-TNI AL di Sorong, Dua Komandan Turun Tangan Dalam Penyelidikan

Komandan Satuan Brimob dan Kepala Unit Propam Polda Papua Barat turun tangan menyelidiki penyebab bentrokan di Pelabuhan Sorong


Rangkulan Kapolri dan Panglima Pascabentrok Anggota Brimob vs TNI AL di Sorong

3 hari lalu

Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo (kiri) dan Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto (kanan) berangkulan saat ditanya awak media perihal bentrok anggota TNI AL dan Brimob Polda Papua Barat di Sorong. Keduanya juga bersalaman saat ditemui di Kantor Jasa Marga KM 70 Tol Cikampek Utama, Jawa Barat, Senin, 15 April 2024. Foto: ANTARA/Fath Putra Mulya
Rangkulan Kapolri dan Panglima Pascabentrok Anggota Brimob vs TNI AL di Sorong

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo merangkul Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto saat ditanya soal bentrok personel Brimob dan TNI AL di Sorong


Sebut Bentrok Brimob vs TNI AL di Sorong Sudah Selesai, Ini Perintah Kapolda Papua Barat untuk Anggota Polri

3 hari lalu

Kapolda Papua Barat bersama pimpinan TNI memberikan keterangan pres terkait kasus bentrok antara personel TNI AL dan anggota Brimob di Polresta Sorong Kota, Ahad, 14 April 2024. Foto: ANTARA/Yuvensius Lasa Banafanu
Sebut Bentrok Brimob vs TNI AL di Sorong Sudah Selesai, Ini Perintah Kapolda Papua Barat untuk Anggota Polri

Kapolda Papua Barat mengatakan penyelidikan bentrok Brimob vs TNI AL akan dilakukan secara utuh untuk memperoleh titik terang asal mula kejadian.


Anggota TNI dan Brimob yang Terlibat Bentrok di Sorong Dipastikan Bakal Dihukum

3 hari lalu

Suasana di Kota Sorong saat TNI AL bentrok dengan Brimob Polri. TEMPO/Istimewa
Anggota TNI dan Brimob yang Terlibat Bentrok di Sorong Dipastikan Bakal Dihukum

Anggota TNI/Polri yang terlibat bentrok di Kota Sorong, Papua Barat Daya, Ahad pagi, 14 April 2024, akan dihukum sesuai aturan yang berlaku.


Bentrok TNI AL dan Brimob di Kota Sorong, Polri: Harus Selalu Sinergi

3 hari lalu

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Trunoyudo Wisnu Andiko memberikan keterangan pers di lingkungan Markas Besar Polri pada Rabu, 6 Maret 2024. Tempo/ Adil Al Hasan
Bentrok TNI AL dan Brimob di Kota Sorong, Polri: Harus Selalu Sinergi

Kapolda Papua Barat memastikan kasus bentrok antara anggota TNI AL dan anggota Brimob di Sorong itu akan diselesaikan secara tuntas.