TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat, Sidarto Danusubroto, mengatakan, pelaku penembakan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Yogyakarta, adalah kelompok profesional yang terlatih dan perfeksionis. "Ada filosofi di kalangan penyidik bahwa tidak ada tindak kriminal yang sempurna, tapi kejadian ini menyimpulkan tindak kriminal yang hampir sempurna," kata Sidarto dalam sebuah diskusi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Ahad, 31 Maret 2013.
Menurut Sidarto, dalam tindak pembunuhan atau kriminal umum, biasanya ada satu alat bukti yang ditinggalkan pelaku. Misal, sidik jari dan rekaman closed circuit television (CCTV). “Namun, dalam aksi penyerbuan dan penembakan ini, hampir tidak menyisakan alat bukti,” kata mantan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat itu.
Satu-satunya alat bukti yang tertinggal, kata Sidarto, adalah proyektil dan selongsong peluru kaliber 7,62 milimeter. "Senjata yang digunakan untuk menembak pun hanya satu. Jika senjata itu dibuang, hilang sudah barang buktinya. Sangat pintar,” kata Sidarto. Jika pelakunya bukan orang terlatih, menurut Sidarto, semua akan ramai-ramai menembaki. “Artinya, semakin banyak barang bukti," kata dia.
Sabtu, 23 Maret 2013, LP Cebongan diserbu sekitar 17 orang bersenjata api. Empat tahanan tewas. Korban tewas adalah Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, Adrianus Candra Galaga, Yohanes Juan Mambait, dan Gameliel Yermiayanto Rohi Riwu. Mereka adalah tersangka pengeroyokan seorang mantan anggota Komando Pasukan Khusus hingga tewas.
INDRA WIJAYA