TEMPO.CO, Jakarta - Sejak bergabung dengan ikatan persaudaraan mistikal pada 1957, mantan Presiden kedua RI, Soeharto, tak pernah jauh dari Soedjono Hoemardani. Soedjono sendiri merupakan orang yang memperkenalkan Soeharto pada ikatan persaudaraan mistikal, dan menjadi penasihat spiritualnya.
Kala Soeharto memimpin Nusantara, Soedjono tak pernah ditinggalkannya. Ia menjadi staf pribadi Soeharto, dan memantau perkembangan sosial-politik secara gaib. Soedjono juga yang membangun Padepokan Jambe Pitu di Gunung Selok, Cilacap, sebagai lokasi untuk menerima dhawuh atau pesan leluhur.
Soedjono Hoemardani meninggal pada 1986. Kata Dr Budyapradipta, pakar Sastra Jawa Universitas Indonesia, Soeharto datang menghadiri pemakaman Soedjono. ”Saya melihat mata Pak Harto mbrebes mili, berkaca-kaca,” kata Budyapradipta dalam artikel "Soedjono dan 'Orde Dhawuh'", edisi khusus majalah Tempo, 10 Februari 2008.
Soeharto jarang menangis di muka umum. Budyapradipta sendiri mengartikan tangisan itu sebagai tanda Soeharto sangat kehilangan sahabat seperguruannya. Apalagi sebelumnya, guru-guru utama Soeharto juga meninggal. Banyak kalangan dari dunia kebatinan Jawa melihat, setelah kematian Soedjono Hoemardani, Soeharto seperti kehilangan arah. ”The Smiling General itu seperti jalan sendiri tanpa sahabat dekat," kata Budyapradipta.
Tak lama setelah kepergian Soedjono, Soeharto mulai berpaling dari kebatinan Jawa. Ia tiba-tiba terlihat mendekati Islam. Bagi sebagian orang Jawa, tindakan Soeharto itu seperti keluar dari rel yang telah digariskan.
MAJALAH TEMPO | CORNILA
Baca juga
EDISI KHUSUS: Guru Spiritual Seleb
Terpopuler
Akhirnya, Bapak dan Anak Pimpin Partai Demokrat
Tudingan Via Facebook Soal Penyerbuan LP Sleman
Berapa Tarif Ki Joko Bodo?
Abraham Bungkam Soal Usaha Pendongkelan Dirinya
Menulis Kasus LP Sleman di FB, Siapa Idjon Djanbi?
Acara Kongres Demokrat Kacau Balau
Topik terhangat:Agus Martowardojo | Serangan Penjara Sleman | Krisis Bawang | Harta Djoko Susilo Nasib Anas