TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti konflik Poso, Solahudin, menampik tudingan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang menyatakan ada pelanggaran HAM dalam video penggerebekan Densus 88 yang rekamannya beredar di Youtube.
“Kalau hanya lihat 13 menit video itu orang memang bisa marah. Tapi orang harus tahu konteksnya,” kata Solahudin saat dihubungi Tempo, Rabu, 20 Maret 2013.
Solahuddin mengatakan semua proses penangkapan yang dilakukan Densus 88 di Poso pada Januari 2007 itu, sudah sesuai prosedur. “Itu kan bukan kriminal biasa, wajar seperti itu,” kata dia.
Solahudin kemudian menjelaskan, kalau para terduga teroris itu ditelanjangi karena dikhawatirkan mereka memakai rompi bom atau ada bom bunuh diri yang melekat.
Mereka juga diborgol dengan tangan di belakang karena pernah ada kasus saat diborgol di depan, terduga teroris merebut senjata petugas. “Kasusnya tahun 2003, makanya sejak saat itu, teroris diborgolnya di belakang,” kata Solahudin menjelaskan.
Dibaringkannya para terduga teroris di tanah, lanjut Solahuddin, agar tidak ada perlawanan apapun. Juga untuk mengantisipasi kemungkinan para terduga teroris itu melarikan diri.
Salahsatu terduga teroris yang tampak diperlakukan buruk dalam video, kata Solahudin, juga bukan tanpa alasan. Terduga teroris itu, Wiwin, ternyata membawa senjata saat menyerah dan keluar dari tempat bersembunyinya. “Yang lain enggak ada yang bawa senjata, kecuali dia,” kata Solahudin.
Sebelumnya, Video kekerasan Densus 88 menyebar luas di dunia maya sejak awal Maret 2013. Video ini diunggah ke Youtube oleh situs ArrahmahChannel.
Video tersebut berdurasi sekitar 13.55 menit. Di dalam video tergambar jelas puluhan polisi berpakaian seragam. Sebagian di antara mereka mirip seragam Densus 88, serba hitam. Ada juga polisi berseragam Brigade Mobil. Mereka menenteng senjata laras panjang.
Pada menit awal terlihat beberapa warga dengan tangan terikat, berbaring di tengah tanah lapang sambil bertelanjang dada. Menit berikutnya, terlihat seorang warga dengan tangan terborgol berjalan menuju tanah lapang seorang diri. Terdengar suara teriakan petugas kepada orang tersebut agar membuka celana.
Sambil berjongkok dia membuka celana. Gambar berikutnya, orang tersebut sudah berdiri sambil berjalan, namun tiba-tiba tersungkur, terkena tembakan di dada tembus ke punggung. Meski sudah tertembak, dia tetap dipaksa berjalan ke tanah lapang.
Orang itu diketahui bernama Wiwin setelah polisi menginterogasinya. Meski Wiwin bersimbah darah, polisi tetap saja menanyai dia tanpa berusaha untuk menolong. Bahkan ada di antara polisi yang justru mengingatkan Wiwin bahwa sebentar lagi akan mati. "Win istigfar, kamu sudah mau mati," kata seorang polisi kepada Wiwin.
TRI ARTINING PUTRI
Berita Terpopuler:
Inilah Pertemuan yang Menjerat Politikus Golkar
Rahmad Darmawan Umumkan 28 Pemain Timnas
Berkas `Kebun Binatang` Djoko Susilo Hilang
`Kebun Binatang` Djoko Susilo Diserbu Warga Lokal
KUHP Baru, Lajang Berzina Kena 5 Tahun Penjara