TEMPO.CO, Baturaja -- Kepala Kepolisian Resor Ogan Komering Ulu (OKU), Ajun Komisaris Besar Azis Saputra, memastikan anak buahnya tidak melawan dalam insiden penyerbuan personil Yon Armed Baturaja pada Kamis, 7 Maret 2013 lalu. Alasannya, aksi pembalasan dan perlawanan akan menambah daftar persoalan antara Polri dan TNI. Dia tidak menampik pada saat penyerbuan berlangsung terdapat sejumlah personel Polri sedang memegang senjata.
"Bisa saja kami melawan dan membela diri, tetapi untuk apa melawan? Mereka bukan musuh kita," kata Azis Saputra, Jumat, 8 Maret 2013. Menurut Azis, peristiwa penyerbuan itu di luar dugaan mereka dan terjadi secara cepat. "Kami sudah siapkan ruangan untuk dialog sesuai permintaan pihak Yon Armed, tetapi secara tiba-tiba muncul aksi itu," ujar Azis.
Polisi bahkan tak sempat memberi kabar pada personel mereka yang tengah berada di luar markas. Selang beberapa menit dari kejadian pertama, puluhan aparat berbaju loreng itu langsung menuju ke markas kepolisian sektor Martapura sehingga Kapolsek Komisaris M. Ridwan menjadi sasaran amukan masssa.
Sebelum beralih ke Mapolsek Martapura, penyerbu sempat membakar beberapa ruangan dan harta benda yang ada di sekitarnya. Menurut Azis, bagian pertama yang dibakar adalah ruang kerja personel dari satuan lalu lintas. "Api merambat kemana-mana setelah insiden itu," ujarnya
Peristiwa kamis pagi kemarin hampir dipastikan buntut dari insiden 27 Januari 2013. Ketika itu Brigadir Wijaya dan Pratu Heru Oktavianus teribat adu mulut yang berujung pada kematian Heru. Wijaya adalah anggota Polantas Polres OKU, sedangkan Heru berasal dari Batalyon 76/15 Armed Tarik Martapura.
PARLIZA HENDRAWAN