TEMPO.CO, Batu Raja - Sejak terjadi penyerbuan Markas Kepolisian Resor Ogan Komering Ulu (OKU) oleh puluhan prajurit Batalion Armed Tarik 76/MM 15 Syailendra Martapura, seluruh anggota polisi lalu lintas Polres OKU tidak tampak di jalanan.
Diduga mereka masih khawatir menjadi sasaran penyerbuan. Tugas mereka diambil alih petugas Dinas Perhubungan Kabupaten OKU.
Situasi itu membuat kondisi lalu lintas di Kota Baturaja menjadi semrawut. Terlebih sebagian besar lampu lalu lintas mati karena rusak. ''Tidak ada yang mengatur lalu lintas. Mungkin polisi masih khawatir,'' kata Feriyanto, tukang ojek di Baturaja, Jumat, 8 Maret 2013.
Feri mengatakan, sejak insiden penembakan Prajurit Satu Heru Oktavianus, anggota Batalion Armed Tarik 76/MM 15 Syailendra, jumlah polisi lalu lintas terus berkurang. Mereka yang biasanya bertugas di pos-pos polisi tidak tampak seperti biasanya. ''Apalagi pada saat malam hari, sama sekali tidak ada polisi berseragam sejak insiden itu,'' ujarnya.
Sejak peristiwa penyerbuan, nyaris tidak ada lagi polisi yang menyetop dan menilang pengguna jalan. Jika bertugas, mereka hanya duduk-duduk di pos atau mengatur kemacetan di jalan. ''Senjata kami juga sudah ditarik sejak peristiwa itu,'' ucap salah seorang anggota polisi lalu lintas yang enggan disebut namanya.
Biasanya polisi lalu lintas sudah berada di setiap persimpangan jalan di Kota Baturaja sejak pukul 07.30 WIB. Kalaupun bertugas, mereka mendapat pengawalan dari Detasemen Polisi Militer Kodim 0403 Baturaja. ''Kami sebenarnya sudah berdamai dan sudah disepakati anggota polisi lalu lintas tidak boleh membawa senjata api,'' tuturnya.
Sementara itu, Komandan Satuan Brigade Mobil Polda Sumatera Selatan, Komisaris Besar Adeni Mohan, meminta pelayanan terhadap masyarakat terus berjalan. Polisi sebagai pengayom dan penjaga ketertiban umum tidak boleh berhenti menjalankan tugas.
''Pelayanan harus tetap berjalan meski aktivitas dipindahkan ke Polsek,'' kata Mohan yang memimpin langsung satu Batalion Brimob Polda Sumatera Selatan ke OKU.
NUROCHMAN ARRAZIE