TEMPO.CO, Bojonegoro - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mengumumkan status dari siaga III menjadi waspada banjir. Status ini diumumkan setelah melihat kenaikan air di papan duga Sungai Bengawan Solo yang terus meningkat.
Ketinggian air di permukaan Sungai Bengawan Solo cenderung meningkat. Ketinggian air berdasarkan data di papan duga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro di Karang Nongko pukul 08.00 WIB tercatat 28,51 phielschaal, sementara di Kota Bojonegoro 15,31 phielschaa. Phielschaal adalah skala ketinggian air.
Kemudian, pada pukul 11.00, ketinggian air di Karang Nongko menjadi 29,31 phielschaal dan di Kota Bojonegoro menjadi 15,32 phielschaal. Dengan kondisi seperti itu, masyarakat di bantaran Sungai Bengawan Solo diminta untuk waspada banjir. “Status ini sudah disebarkan,” kata Sekretaris BPBD Bojonegoro Budi Mulyono pada Tempo di kantornya, Minggu, 17 Februari 2013.
Dia menyebutkan, daerah-daerah yang masuk waspada banjir tersebar di sejumlah kecamatan. Lokasinya sebagian besar berada di pinggir Bengawan Solo, seperti Kecamatan Trucuk, Kalitidu, Kecamatan Kota, Dander, dan Kanor. Kecamatan-kecamatan tersebut masuk kategori waspada karena sebagian daerahnya rendah sehingga genangan banjir bisa di atas 1,5 meter lebih.
Pemerintah Bojonegoro juga telah menginstruksikan pada tiap camat dan kepala desa yang berada di pinggir Bengawan Solo untuk standby di lapangan, paling tidak selama status waspada banjir Bengawan Solo masih diberlakukan. Instruksi ini langsung datang dari Bupati Bojonegoro, Suyoto.
Berdasarkan pantauan Tempo, kesibukan tampak di posko banjir di sebelah utara Pasar Besar, Kota Bojonegoro. Kebetulan lokasi posko berada di atas tanggul tepat di bantaran Bengawan Solo. Warga telah memenuhi tanggul untuk mengungsi. Sebagian perahu karet diturunkan untuk mengangkut warga yang berlokasi di seberang Bengawan Solo, tepatnya di Kecamatan Trucuk. Tampak juga lampu sirene warna merah yang ada di sebelah papan duga meraung-raung tanda waspada banjir.
SUJATMIKO